Langsung ke konten utama

Potret Manajemen SDM di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar


LAPORAN POTRET MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR CITANGKOLO KOTA BANJAR


Tugas Kelompok Mata Kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Asyhuri



Disusun Oleh :
Amiroh Munjiyah (17104
Ayyi Masrukhah(17104
Siti Chaizatul Munasiroh (1710432)
Sukataman (1710436)


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
KEBUMEN
2018

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Pembangunan nasional dewasa ini telah berada pada suatu era modern. Masa tersebut ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pula dalam pemanfaatannya. Hal ini banyak memicu lahirnya manajemen program pendidikan yang semakin menuntut keahlian dan kekhususan dalam menanganinya dan menempatkan era ini sebagai era sumber daya manusia. Untuk itu dalam meningkatkan kualitas lembaga pendidikan non formal dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan-kemampuan relevan dengan kebutuhan-kebutuhan program pendidikan, disamping itu juga dapat memanfaatkan peluang-peluang yang telah dibuka melalui pengembangan program pendidikan.
Dalam menghadapi dan menjalani kondisi seperti ini, pendidikan pesantren dituntut untuk tampil sebagai salah satu unsur terpenting pada pengadaan sumber daya manusia. Tuntutan tersebut berimplikasi pada perlunya penataan, pengembangan dan pemanfaatan secara terpadu pendidikan pondok pesantren baik antar berbagai jalur jenis jenjang pendidikan maupun antar sektor pendidikan non formal dengan sector pendidikan formal lainnya serta antar daerah, dengan mengunakan  manajemen yang makin efektif dan efisien. Adapun kelancaran serta keberhasilan suatu program kegiatan lembaga agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien, ditentukan oleh adanya perencanaan yang baik, organisasi yang tepat sebagai satu sistem yang harmonis dan dikelola oleh pelaksana yang kompeten dan professional. [1] Sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yang artinya :
Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya. Sahabat bertanya: bagaimana menyia-nyiakan amanah tersebut? Nabi menjawab: apabila jabatan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya. Maka tunggulah kehancurannya.[2]

Hadist tersebut di atas dipahami, bahwa dalam mempersiapkan organisasi yang kompeten mutlak diperlukan manajer dan pegawai yang mampu di bidangnya masing-masing sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Selain mempersiapkan organisasi yang kompeten diperlukan juga sebuah pengawasan mengenai seberapa efektif penilaian kinerja dalam mencapai tujuan tergantung pada seberapa sukses organisasi mensejajarkan dan mengintegrasikan penilaian kinerja dengan sasaran yang strategis.[3] Setiap organisasi memiliki aktivita-aktivitas pekerjaan tertentu. Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama dilandasi dengan keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi kerja.
Manajemen merupakan proses terpenting dalam setiap organisasi, sebab pada dasarnya manajemen itu berurusan dengan tujuan bersama, cara- cara orang bekerja dan pemamfaatan sumber-sumber yang ada.[4]  Dengan demikian dapat di nyatakan bahwa manajemen selalu berkepentingan dengan tujuan, pola kerja dan sumber daya manusia yang ada dalam suatu social tertentu. Dengan melihat unsur-unsur pekerjaan manajemen mengenai penempatan sumberdaya manusia itu sendiri.
Manajemen diperlukan untuk meningkatkan evektifitas Sumber Daya Manusia dalam organisasi, tujuannya adalah untuk memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif.[5] Manajemen sumber daya manusia lebih menitik beratkan pada faktor produksi tenaga kerja. Namun demikian tidak dapat disangkal bahwa manajemen sumber daya manusia tidak dapat mengabaikan seluruhnya hal-hal yang berhubungan dengan produksi tenaga kerja. Jadi dalam manajemen sumber daya manusia harus ada pembagian tanggungjawab yang jelas, tegas dan tepat sehingga program yang telah ditetapkan berjalan dengan suatu sistem. Agar semua pegawai mau bekerja dan menjalankan tugas yang dibebankan kepada yang bersangkutan.
Dalam kasus di lapangan, sering dilihat kenyataan bahwa para pemimpin ataupun pengelola lembaga pondok pesantren kurang memperhatikan fungsi perencanaan di dalam menetapkan program kegiatan. Banyak program yang telah dirumuskan tidak berjalan sesuai dengan tujuan, manajemen sumber daya manusia yang ada di pesantren belum memadai dan masih rendahnya daya dukung positif baik dalam kalangan internal (pemimpin, pengelola, pengurus, santri) maupun eksternal (masyarakat) pesantren pada seberapa baik pegelola dan bawahan bekerjasama ketika memutuskan apa yang harus dievaluasi, kapan melakukan penilaian, dan siapa yang harus mengevaluasi kinerja.
Oleh sebab itu, dalam rangka menjalankan manejemen sumber daya di pondok pesantren, diperlukan adanya kejelasan tugas dan tanggungjawab pengurus pondok pesantren tersebut, baik itu berkenaan dengan rencana kerja pondok pesantren, dan pembagian tugas diantara anggota pengurus pondok pesantren.
Dari latar belakang tersebut, maka penulis mencoba untuk mengetahui penerapan manajemen sumber daya manusia dalam Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Kota Banjar.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana definisi dari Manajemen, Sumber Daya Manusia dan Pondok Pesantren?
2.      Apa fungsi dari operasional manajemen Sumber Daya Manusia?
3.      Bagaimana potret manajemen SDM di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Kota Banjar?
C.  Tujuan
1.      Mengetahui definisi dari Manajemen, Sumber Daya Manusia dan Pondok Pesantren
2.      Mengetahui fungsi dari operasional manajemen Sumber Daya Manusia
3.      Mengetahui potret manajemen SDM di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Kota Banjar






















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Mengenal Definisi Manajemen, Sumber Daya Manusia dan Pondok Pesantren
1.    Manajemen
a.       Secara etimologis, kata manajemen barasal dari bahasa Inggris, management, yang berarti ketatalaksanaan, tatapimpinan, dan, pengelolahan. Artinya manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.[6]
b.      Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyususnan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.[7]
2.    Sumber Daya Manusia
Husain Umar mengungkapkan tentang manajemen sumber daya manusia yaitu suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tingkat kepuasan dan performansi yang mereka inginkan dan organisasi memenuhi tujuanya.[8]
3.    Pondok Pesantren
Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dan pengajaran Islam yang sekaligus sebagai pengkaderan.[9] Disamping itu juga merupakan pusat pengembangan dan penyebaran ilmu-ilmu keislaman yang mempunyai lima elemen dasar tradisi, yakni pondok, masjid, santri, pengajian kitab klasik dan kyai.[10] Pondok pesantren yang dimaksud disini adalah Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Kota Banjar yang terletak di dusun Citangkolo desa Kujangsari kecamatan Langensari, kurang lebih 9 km dari pusat kota Banjar.
Dari definisi tersebut, maka perlu kiranya penerapan manajemen sumber daya manusia dalam pondok pesantren, sebab suatu lembaga pondok pesantren tidak akan dapat dikelola dengan baik yang sesuai dengan aturan Islam. Apabila tidak di topang dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan memahami pondok pesantren dengan benar sesuai dengan tuntunan Islam.

B.     Berbagai fungsi operasional manajemen Sumber Daya Manusia.
Salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia adalah fungsi oprasional. fungsi oprasional manajemen sumber daya manusia sangat penting dan harus di perhatikan guna memudahkan seorang menejer mengontrol pekerjanya dalam menjalankan tugas dan melihat seberapa produktifnya pekerja dalam usaha merealsasi tujuan yang di inginkan. Adapun fungsi manajemen dan fungsi operasional sumber daya manusia guna mengelola pegawai adalah:
1.    Analisis Pekerjaan
Menurut A. Sihotang, analisis pekerjaan adalah sangat esensial untuk mencari dan menentukan syarat-syarat sumber daya manausia yang sesuai untuk memangku pekerjaan. Analisis pekerjaan merupakan langkah awal dalam rangka perekrutan sumber daya manusia yang sesuai dengan jabatan tertentu. Analisis pekerjaan terdiri dari tiga komponen yaitu:
a.       Deskripsi pekerjaan (Job description)
b.      Spesifikasi pekerjaan (Job specification)
c.       Standar kinerja pekerjaan (performance standard).[11]
Menurut Husein Umar, analisis pekerjaan merupakan proses untuk menentukan isi suatu pekerjaan sehingga dapat dijelaskan kepada orang lain untuk tujuan manajemen.[12]
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan pengertian analisis pekerjaan adalah pekerjaan merencanakan dan menetapkan kualifikasi seorang pegawai yang bagaimana harus ditarik memangku jabatan yang sudah ditentukan.
2.    Pengadaan dan Rekrutmen
Menurut A. Sihotang, rekrutmen adalah mencari dan menarik para pelamar pekerjaan dengan motifasi kemampuan, keahlian, dan pengetahuan sumber daya manusia yang diperlukan oleh organisasi untuk mengisi lowongan kerja yang telah diidentifikasi sebelumnya didalam rencana kepegawaian telah diidentifikasi sebelumnya didalam rencana kepegawaian. Aktivitas rekrutmen ini dimulai dari mencari tenaga kerja dan berakhir pada lamaran kerja mereka diterima oleh manager rekrutmen.[13]
Menurut Justine T. Sirait, penarikan calon pegawai merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terencana, guna memperoleh calon-calon pegawai yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh suatu jabatan tertentu, yang dibutuhkan oleh suatu organisasi.[14]
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan pengertian rekrutmen adalah suatu proses kegiatan mencari dan mendapatkan secara sah sumber daya manusia atau pegawai yang tepat dalam jumlah yang cukup sehingga organisasi dapat memilih satu dengan yang lainnya sesuai dengan kebutuhan.
3.    Seleksi dan Penempatan
Menurut M Manullang, seleksi pegawai dilakukan oleh perusahaan modern, pertama-tama sudah ditetapkan kualifikasi pegawai yang dibutuhkan dan kemudian sudah ditentukan sumber-sumber pegawai yang diperlukan. Tenaga-tenaga kerja yang tersedia dari berbagai macam sumber pegawai itu belum tentu cocok dengan tenaga yang dibutuhkan oleh perusahaan. Karenanya seleksi pegawai harus dilaksanakan, agar benar-benar terdapat pegawai yang sesuai dengan kebutuhan jabatan yang dipangkunya.[15]
Proses seleksi pada dasarnya merupakan usaha sistematis yang dilakukan guna menjamin bahwa mereka yang diterima adalah yang dianggap paling tepat, baik dengan kriteria yang telah ditetapkan ataupun jumlah yang dibutuhkan. Menurut Husain Umar usaha yang sistematis tadi misalnya dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a.       Seleksi dokumen
b.      Psikotes
c.       Tes intelegensi
d.      Tes kepribadian
e.       Tes bakat dan kemampuan
f.       Tes kesehatan
g.      Tes wawancara[16]

Seleksi dan penempatan adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk menentukan apakah seseorang pelamar dapat di terima atau tidak untuk ditempatkan pada posisi tertentu di dalam organisasi. Seleksi dan penempatan adalah fungsi manajemen sumber daya manusia yang segera dilaksanakan setelah dilakukan proses rekrutmen.[17]
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan pengertian rekrutmen adalah pencarian dan penetapan jabatan seorang pegawai yang sudah dipilih dan memenuhi syarat dalam proses rekrutmen guna untuk mengisi kekosongan pegawai atau jabatan.
4.    Pelatihan dan Pengembangan
Menurut A. Sihotang, pelatihan adalah setiap kegiatan untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang merupakan tanggung jawabnya. Pelatihan yang cukup efektif seharusnya mencakup tiga hal penting yaitu:
a.       Merupakan pengalaman belajar
b.      merupakan kegiatan terencana
c.       merupakan hasil desain dari hasil penelitian yang dapat diikuti fisik.
Kemudian masih menurut A. Sihotang, pengembangan sumber daya manusia dimaksudkan mengarah pada karier seorang pegawai di dalam organisasi. Karier merupakan perkembangan jabatan dan pangkat secara individu yang dapat dicapainya selama masa kerja di dalam suatu organisasi tertentu Pengembangan sumber daya manusia pada prinsipnya adalah untuk merencanakan dan membina perkembangan karier tiap karyawan yang berkecimpung didalam organisasi kita.
Perencanaan karier berarti suatu perencanaan tentang kemungkinan seseorang karyawan atau anggota organisasi secara individu meniti proses kenaikan pangkat dan jabatan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang dapat di penuhinya. Keberhasilan karier seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

a.       Pendidikan formalnya
b.      Pengalaman kerja
c.       Sikap atasan yang membinanya
d.      Prestasi kerjanya
e.       Bakat pekerjaannya
f.       Adanya lowongan jabatan yang lebih tinggi
g.      Loyalitas kepada organisasi.[18]

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan pengertian pelatihan dan pengembangan, pelatihan yang dimaksud adalah suatu training yang bertujuan untuk memperbaiki keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan yang dihadapi sekarang, sedangkan penembangan bertujuan untuk menyiapkan pegawai untuk siap memangku jabatan tertentu di masa yang akan datang.
5.    Penilaian Kinerja
Menurut Simanjuntak, penilaian kinerja merupakan suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan tugas seseorang, sekelompok orang, unit-unit kerja dalam suatu organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu.[19] Sedang menurut Justine T. Sirait, penilaian prestasi kerja adalah proses evaluasi prestasi atau unjuk kerja pegawai yang dilakukan oleh organisasi. Melalui kegiatan ini, para manajer bisa memperoleh data tentang bagaimana pegawai bekerja. Jika prestasi pegawai masih dibawah standar, maka harus segera diperbaiki. Sebaliknya, jika prestasi kerjanya sudah baik, perilaku tersebut harus diberi penguat (reinforcement) supaya pegawai tersebut menampilkan kembali prestasi kerja yang kita kehendaki.[20]
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan yang dimaksud penilaian prestasi kerja adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh organisasi terhadap kinerja para karyawan dalam peningkatan kerja dan peningkatan prestasi individu karyawan itu sendiri.
6.    Pemberian Kompensasi
Menurut A. Sihotang, kompensasi adalah pengaturan keseluruhan pemberian balas jasa bagi pegawai dan para manajer baik berupa finansial maupun barang dan jasa pelayanan yang diterima oleh setiap karyawan. Kemudian menurut Justine T. S. Sirait, kompensasi adalah hal yang diterima oleh pegawai, baik berupa uang atau bukan uang sebagai balas jasa yang diberikan bagi upaya pegawai (kontribusi pegawai) yang diberikanya untuk organisasi.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan pemberian konpensasi sebetulnya tidak sama dengan upah meskipun upah adalah bagian dari konpensasi tetapi konpensasi lebih dari sekedar upah dan gaji. Dalam kompensasi ini bisa juga meliputi kesejahtraan pegawai.
7.    Pengintegrasian
Menurut Justine T. Sirait hal ini barkaitan dengan usaha untuk menghasilkan situasi dimana terjadi penyesuaian atau percocokan antara kepentingan yang bersifat individual, organisasi maupun kemasyarakatan. Konsekuensi dari usaha ini adalah melibatkan masalah-masalah atau aspek-aspek perasaan, sikap pegawai yang dihubungkan dengan prinsip-prinsip dan kebijakan-kebijakan organisasi.[21] Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan pengintegrasian merupakan antara kepentingan individual seorang manajer dengan kepentingan organisasi yang melibatkan seluruh pegawai.
8.    Pemeliharaan, keselamatan, dan kesehatan kerja
Menurut A Sihotang, pemeliharaan hubungan industrial dalam rangka keseluruhan proses Manajemen Sumber Daya Manusia berkisar pada pemikiran bahwa hubungan yang serasi dan harmonis antara majikan dan pekerja yang terdapat dalam organisasi usaha itu mutlak perlu ditumbuhkan dan dipelihara demi kepentingan semua pihak organisasi usaha bersangkutan. kalau kurang berhasil memelihara hubungan yang harmonis akan berakibat terjadinya kerugian bagi banyak pihak, terutama bagi pihak majikan dan pekerja-pekerja yang bersangkutan.[22] Kemudian pemeliharaan merupakan sesuatu hal yang berkenaan dengan usaha agar para pegawai dapat bekerja dengan baik selama mungkin dengan cara menjaga kesehatan mental maupun fisik.[23]
Berdasarkan pernyataan tersebut, disimpulkan bahwasanya pemeliharaan, keselamatan dan kesehatan kerja perlu terus dibina dalam organisasi manajemen sumber daya manusia agar dapat meningkatkan kualitas keselamatan dan kesehatan kerja pegawai. Dengan adanya program kesehatan kerja maka pegawai diharapkan dapat lebih semangat dalam bekerja dan lebih produktif.
9.    Pelepasan sumber daya manusia atau separation
A Sihotang mendefinisikan pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah suatu kondisi atau situasi dimana pekerja tidak bekerja lagi pada instansi atau perusahaan yang bersangkutan karena hubungan kerja telah terputus dan berakhir. Kalau sudah terjadi PHK berarti hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak yang berhubungan kerja tidak dilaksanakan lagi.[24] Sedangkan menurut Husen Umar adalah pemisahan atau pemutusan hubungan kerja (PHK) dari suatu organisasi terhadap karyawan. Diungkapkan pula oleh Husain Umar bahwa pemberhentian karyawan ini dapat terjadi oleh berbagai sebab, antara lain:

a.       Peraturan UU yang berlaku
b.      Keinginan perusahaan
c.       Keinginan karyaawan
d.      Pensiun
e.       Kontrak kerja telah berakhir
f.       Kesehatan karyawan
g.      Meninggal dunia
h.      Perusahaan dilikuidasi


Berdasarkan pernyataan diatas bisa penulis simpulkan pelepasan sumber daya manusia adalah pemisahan atau pemutusan hubungan kerja karyawan dari organisasi karena beberapa faktor diantaranya: pensiun, pemutusan hubungan kerja, kontrak kerja telah berakhir dll.

C.    Potret Manajemen Sumber Daya Manusia di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Kota Banjar
1.      Sejarah Singkat Pengembangan PP Miftahul Huda Al-Azhar
Membicarakan tentang manajemen SDM di PP Miftahul Huda Al-Azhar ini tidak terlepas dari pemimpinnya, yakni KH. Munawir, Ar. MA. Beliau diberi amanah dari ayahnya KH. Abdurrohim untuk meneruskan pondok pesantrenya tersebut. Meski beliau bukan pendiri awal, akan tetapi beliau benar-benar harus memulai merintis pesantren ini dari nol. Hal ini terlihat dari kurangnya modal, lahan, bangunan, serta tidak adanya santri pada waktu itu menjadi kendala besar untuk membangun dan menghidupkan pesantren kembali. Hal tersebut sebagaimana penuturan informan (KH. Munawir, Ar. MA,) kepada Penulis sebagai berikut:
“Dalam awal pembangunan pondok ini semuanya dari Allah, pasti semua harus pada awalnya memang banyak mengalami pontang-panting untuk mencari dana. Kesulitan banyak yang tidak terselesaikan pada saat itu, karena saya tidak tahu harus mencari uang dimana, lah wong pada saat itu saya tidak pegang uang, umur saya juga masih muda. Saya rundingan dengan abah dan pengurus Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar. Bagaimana saya harus cari uang. Akhirnya saya disuruh datang ke masyarakat untuk mensisihkan sedikit rezekinya untuk pembangunan pondok, akan tetapi saya mempunyai inisiatif sendiri, saya ingin mengajak masyarakat untuk menghidupkan kembali tradisi mengaji dan membuka madrasah untuk anak cucunya besok. Tapi ya gitu ada yang menerima ada yang tidak ngurus karena disekitar sini warganya berbeda faham dengan saya. Wes pokok e pada saat itu saya sangat bingung takut campur jadi satu.”[25]

Perjuangan keras setelah melakukan usaha pencarian dana dari warga ke warga dengan visi menghidupkan tardisi mengaji, lambat laun mulai berdatangan santri yang ingin belajar di pesantrennya. Sosok beliau yang kharismatik mampu menyatukan dan merangkul warga di sekitar yang notabennya tidak hanya dari golongan NU akan tetapi juga golongan lainnya seperti Muhammadiyah. Selanjutnya beliau menuturkan:
“Alhamdulillah, setelah banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk belajar mengaji di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azharini, pemutaran dana juga tidak terlalu sulit, karena keperluan santri juga dari uang pembayarannya sendiri. Akan tetapi, semakin hari semakin banyak santri yang mondok kesini, antara bahagia dan bingung lagi, karena gedungnya kurang untuk menampung santri-santri baru. Akhirnya saya beserta pengurus Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar melakukan musyawarah lagi, karena merencanakan untuk menambah gedung lagi untuk madrasah menengah dan aliyah. Keputusan dari musyawarah itu adalah membuat proposal bantuan dana yang diajukan untuk Presiden dan Kota (Walikota). Posisi saya saat itu sangat bingung harus kemana lagi mencari bantuan melainkan membuat proposal kepada Presiden dan Walikota, tapi saya juga meminta ke pengurus agar tetap diperhitungkan nominalnya, sebutuhnya saja, yang terlalu banyak, karena rezeki tidak kemana. Orang yang mau berusaha akan mendapat nikmat pada akhirnya.”[26]

Semakin banyaknya santri yang berbondong-bondong berdatangan untuk belajar mengaji dan ilmu agama, akhirnya KH. Munawir, Ar. MA mempunyai inisiatif untuk membuat proposal permohonan Bantuan Dana Operasional yang diajukan untuk Bapak Presiden dan Walikota. Dari dana ini, kemudian beliau membangun beberapa bangunan baru di sekitar pondok untuk mengembangkan pesantrennya.
2.      Peran KH. Munawir, Ar. MA. , Sebagai Manajer Sumber Daya Manusia
Dalam rangka menjalankan manejemen sumber daya manusia di PP Miftahul Huda Al-Azhar ini, diperlukan adanya kejelasan tugas dan tanggung jawab pengurus pesantren, baik itu berkenaan dengan rencana kerja pesantren, maupun pembagian tugas diantara anggota pengurus pondok pesantren. Hal tersebut sebagaimana penuturan informan (Abdul Malik, 40 tahun) kepada peneliti sebagai berikut:

“Di masa perpindahan Mbah yai Abdurrohim ke Abah Munawir, bapak membutuhkan tenaga pengajar untuk menjadi pengajar di sekolah maupun jadi pengurus di pondok. Banyak santri yang sudah lama di pondok dijadikan ustadz dan ustadzah oleh bapak, dilihat dari segi prestasi dan prilakunya bapak memilihnya.”[27]
Pada tahun 1962, dimana masa regenerasi dari KH. Abdurrohim kepada anaknya, dalam rangka membangun kembali Pondok Pesantrennya, KH. Munawir,Ar.MA., juga berusaha merekrut tenaga pengajar dan pungurus pesantren. Ditambah 2 tahun kemudian Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar membuka satu madrasah lagi khusus putri, maka KH. Munawir,Ar.MA., pun diharuskan terjun langsung untuk memilih tenaga pengajar dengan menunjuk beberapa tokoh Kota Banjar untuk membantu baliau. Sampai sekarang pun masih seperti itu, santri dan santri putri yang dianggapnya memiliki kepintaran dan prestasi,  juga akan ditunjuk agar menjadi pengajar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar, semua itu demi mencapai sebuah kesuksesan pesantren dan lembaga pendidikan.
Di Pesantren ini, secara umum dalam pengelolaan sumber daya manusia berlangsung efektif. Usaha ini dibuktikan pada semangat KH. Munawir,Ar.MA., dalam mengajarkan para pengurus atau ustadz-ustadzah untuk tetap semangat dalam menjalankan tugas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan pendidikan Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Banjar. Akan tetapi KH. Munawir,Ar.MA., juga tidak lepas tangan, beliau ikut terjun langsung untuk memantau perkembangan pesantren dan madrasah di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar. Semua usaha tersebut terlaksana karena penerapan fungsi manajemen sumber daya manusia yang diterapkan oleh pondok pesantren. Hal tersebut sebagaimana penuturan informan (KH. Munawir, Ar. MA dan Abdul  Malik) kepada  peneliti  sebagai berikut:
“Bapak memilih atau merekrut santri-santri untuk menjadi guru atau ustadz dan ustadzah itu secara langsung, akan tetapi kalau pas banyak membutuhkan tenaga pengajar ya saya ikut membantu bapak untuk mengetes kemampuan, sehabis itu pasti ada kegiatan-kegiatan lain seperti diklat, habis diklat calon ustadz dan ustadzah diberi jam untuk mengajar, sehabis itu ustad dan ustadzah diberi waktu untuk saling mengenal santri-santri agar semakin akrab, selebih dari itu ustadz ustadzah istilahnya diberi biaya untuk melanjutkan pendidikannya.”[28]
Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh KH. Munawir,Ar.MA., dalam pengembangan sumber daya manusia di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar adalah:
a.       Di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Ketua Santri Putra dan Putri ditunjuk secara aklamasi oleh pengasuh karena pengasuh yang menentukan kualifikasi ketua santri yang sudah berpengalaman dalam bidang agama dan pendidikan formal, yakni harus khatam Alfiyah bagi ketua santri putra dan khatam hafalan al-Qur’an bagi ketua santri putri dan pendidikan formalnya minimal pendidikan terakhir Strata 1 (S1).
b.      Pelaksanaan pengadaan atau perekrutan sumber daya manusia pada pondok pesantren yang dilaksanakan dengan dua sistem yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka jika pengurus atau ustadz-ustadzah yang dibutuhkan lebih dari tiga orang, tetapi jika dibawah tiga orang maka keputusan pengurus atau ustadz-ustadzah hanya dilakukan oleh pengasuh pondok pesantren dengan merekrut santri senior yang mampu melaksanakan tugas dengan baik.
c.       Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan pondok pesantren dilakukan oleh kepala pondok pesantren, Dalam pengembangan sumber daya manusia di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Banjar disesuaikan dengan kebutuhan yang ada, jadi dari pihak pengasuh Pondok Pesantren ada kebijakan baru tentang pelatihan, maka didalam Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Banjar diadakan pelatihan bagi pengurus dan ustadz-ustadzah dalam upaya untuk meningkatkan kualitas kinerja pengurus dan ustadz-ustadzah, selain itu usaha pengembangan sumber daya manusia juga di laksanakan diluar pondok yaitu dengan pendelegasian personil untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, diklat, seminar dan lain sebagainya yang berkenaan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
d.      Pemberian kompensasi berupa honorerium pada pengurus atau ustadz-ustadzah pondok pesantren yang didasarkan pada berapa banyak pelajaran yang diambil dan jam yang dihabiskan dalam membina dan mendidik santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar.
e.       Adanya pembelajaran integrasi antara ustadz ustadzah dengan kelompok santri seperti belajar bersama dengan dipandu oleh ustadz dan ustadzah pada waktu jam belajar malam. Sehingga semua kegiatan di pondok terlaksana dengan baik karena antara pengasuh maupun ustadz-ustadzah dengan para santri membuat itu menjalin komunikasi yang cukup dekat, maka peraturan-peraturan baik formal maupun non berjalan dengan penuh tanggung jawab.
f.       KH. Munawir, Ar. MA meminta tolong kepada warga sekitar pondok agar berikut serta menjaga keamanan pondok, seperti satpam, agar keadaan di lingkungan pondok maupun di luar pondok itu terjaga aman dan nyaman untuk warga sekitar pondok. KH. Munawir,Ar.MA.,  juga akan memberi kesejahteraan dan kesehatan kerja bagi satpam dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis, sedangkan untuk kesejahteraan pengurus atau ustad-ustadzah mendapatkan tunjangan-tunjangan berupa pendidikan gratis bagi keluarganya.

Dari usaha-usaha yang dilakukan KH. Munawir,Ar.MA. tersebut, terlihat bahwa PP  Miftahul Huda Al Azhar ini, melakukan manajemen SDM yang cukup baik dalam menjalankan lembaga pendidikannya. Semua diterapkan beliau ketika menjadi direktur pondok pesantren sampai beliau menjadi pengasuh atau kepala pondok pesantren. Kemudian sekarang dilanjutkan oleh anak-anaknya, saudara-saudaranya dan pengurus pesantren yang sudah dipercayainya untuk menerapkan manajemen sumber daya manausia dalam pelaksanaan serangkaian kegiatan di dalam Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar ini, tujuannya dalam pengelolaan serta merancang semua kebutuhan dengan tanggung jawab terhadap suksesnya kegiatan pengembangan Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Banjar.











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manajemen merupakan seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyususnan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Sedangkan manajemen sumber daya manusia yaitu suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tingkat kepuasan dan performansi yang mereka inginkan dan organisasi memenuhi tujuanya. Adapun pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan dan pengajaran Islam yang sekaligus sebagai pengkaderan serta pusat pengembangan dan penyebaran ilmu-ilmu keislaman yang mempunyai lima elemen dasar tradisi, yakni pondok, masjid, santri, pengajian kitab klasik dan kyai.
Fungsi operasional manajemen SDM di sini, penulis bagi dalam Sembilan kelompok, yakni Analisis Pekerjaan, Pengadaan dan Rekrutmen, Seleksi dan Penempatan, Pelatihan dan Pengembangan, Penilaian Kinerja, Pemberian Kompensasi, Pengintegrasian, Pemeliharaan, keselamatan, dan kesehatan kerja, serta Pelepasan sumber daya manusia atau separation.
Adapun manajemen SDM di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Kota Banjar dapat dilihat dari enam potret berikut, Pemilihan ketua Santri Putra dan Putri secara aklamasi oleh pengasuh, pelaksanaan pengadaan atau perekrutan sumber daya manusia dengan dua sistem yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia oleh kepala pondok pesantren, pemberian kompensasi pada karyawan, pengurus atau ustadz-ustadzah pondok, adanya pembelajaran integrasi antara ustadz ustadzah dengan kelompok santri, serta terdapat kesejahteraan dan kesehatan kerja yang diterapkan.

B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis susun, tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini. Penulis juga meminta maaf apabila ada penulisan dan ulasan yang salah atau kurang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.  Amiin.





DAFTAR PUSTAKA

A. Sihotang. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Abdul Malik, Wawancara, Citangkolo, 21 Mei 2018.
Ahmad bin Abdullah bin Ismail. Al Bukhari juz 1.Bandung : Al Ma’arif.
Departemen Pendidikan. 1990.  Kamus Besar Bahasa Inggris, Jakarta: Balai Pustaka.
Dhofier, Zamakhsyari. 1985.  Tradisi Pesantren: Stidi Tentang Pandangan Hidup Kyai Kiai, Jakarta: LP3ES.
Hani, Handoko T. 2001. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia, edisi 2, Yogyakarta: BPFE.
KH. Munawir, Ar. MA, Wawancara, Citangkolo, 21 Mei 2018.
M. Manullang. 2006. Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi. 2006. Manajemen Dakwah, Jakarta: Rumah Semesta.
Panglaykim, Hazil Tanzil. 1981. Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981)
Randall S. Schuler dan Susan E.Jakson. 1996. Manajemen Sumber Daya Manausia: Menghadapi Abad 21 Jilid2, Jakarta: Erlangga.
Sinambela ,Lijan Poltak. 2016. Manajemen Sumber Daya mAnusia, Jakarta; PT Bumi Aksara.
Sirai , Justine T. 2006. Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Jakarta: PT Grasindo.
Umar, Husein. 1998. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Widjaya.1987. Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, Jakarta: PT Bina Aksara.



[1] Widjaya, Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1987), hlm 13
[2] Ahmad bin Abdullah bin Ismail, Al Bukhari juz 1, (Bandung : Al Ma’arif), hlm. 21
[3] Randall S. Schuler dan Susan E.Jakson, Manajemen Sumber Daya Manausia: Menghadapi Abad 21 Jilid 2, (Jakarta: Erlangga.1996), hlm. 3
[4] Hazil Tanzil Panglaykim, Manajemen Suatu Pengantar, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hlm. 89
[5] Handoko T. Hani, Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia, edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm 6

[6] Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rumah Semista, 2006), hlm. 9
[7] M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), hlm. 5
[8] Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1998), hlm. 199
[9] Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Inggris, (Jakarta: Balai Pustaka,1990), hlm 117
[10] Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai Kiai.(Jakarta: LP3ES,1985), hlm 44
[11] A. Sihotang, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2007), hlm. 59
[12] Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, hlm. 6
[13] A. Sihotang, Manajemen Sumber Daya Manusia, hlm. 89
[14] Justine T. Sirait, Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, (Jakarta, PT Grasindo, 2006), hlm. 57
[15] M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, hlm. 122
[16] Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, hlm. 31
[17] A. Sihotang, Manajemen Sumber Daya Manusia, hlm. 93
[18] A. Sihotang, Manajemen Sumber Daya Manusia, hlm. 174
[19] Lijan Poltak SInambela, Manajemen SDM, (Jakarta; PT Bumi Aksara, 2016), hlm. 519
[20] Justine T. Sirait, Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan SDM Dalam Organisasi, hlm. 128
[21] Justine T. Sirait, Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan SDM Dalam Organisasi, hlm. 220
[22]A. Sihotang, Manajemen Sumber Daya Manusia, hlm. 285
[23] Justine T. Sirait, Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan SDM Dalam Organisasi, hlm. 7
[24] A. Sihotang, Manajemen Sumber Daya Manusia, hlm. 299
[25] KH. Munawir, Ar. MA, Wawancara, Citangkolo, 21 Mei 2018
[26] KH. Munawir, Ar. MA, Wawancara, Citangkolo, 21 Mei 2018
[27]Abdul Malik, Wawancara, Citangkolo, 21 Mei 2018
[28] KH. Munawir, Ar. MA dan Abdul Malik , Wawancara, citangkolo, 21 Mei 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian,Objek,Ruang lingkup serta Sejarah dan Pertambahan Ulumul Qur'an

PENGERTIAN, OBJEK, RUANG LINGKUP, SERTA SEJARAH DAN PERTAMBAHAN ULUMUL QUR’AN MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ulumul Qur’an Dosen Pengampu: M ufidah , M.Pd.i DI SUSUN OLEH : 1.     MUSTOFA                              ( 133111043 ) 2.     YUSUF   HAMDANI                ( 133111044 ) 3.     SITI CHAIZATUL   M.            ( 133111045 ) 4.     USWATUN   KHASANAH      ( 133111046 ) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN WALISONGO SEMARANG 2013 I.        PENDAHULUAN Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Kita...

FILSAFAT SUHRAWARDI

PEMIKIRAN FILSAFAT SUHRAWARDI (1153-1191 M) MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Filsafat Islam Dosen Pengampu: Dr. Mahfud Junaedi, M. Ag.   DI SUSUN OLEH : 1.       SITI CHAIZATUL MUNASIROH             ( 133111045) 2.       AGUNG SUPRAYITNO                           (133111051 ) 3.       DEWI HUSNAWATI                                 (133111079 ) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN WALISONGO SEMARANG 2014 I.          PENDAHULUAN Ketika filsafat muncul dalam kehid...

Mengatasi kelemahan tes obyektif dan subyektif

UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGATASI KELEMAHAN-KELEMAHAN TES OBYEKTIF DAN SUBYEKTIF TUGAS Mata kuliah : EVALUASI PEMBELAJARAN Dosen Pengampu : Drs. H. Karnadi M.Pd. DI SUSUN OLEH : Khairul Anam                               (133111038) Siti Chaizatul Munasiroh             ( 133111045) Laila Romdhoningsih                  (133111073) Faizatul Dina                                (133111135) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2015 A.      Kelema...