Langsung ke konten utama

Manajemen dan Penilaian Kinerja


BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Kinerja karyawan merupakan masalah yang sentral dalam keidupan sebuah organisasi karena sebuah organisasi atau perusahaan akan mampu mencapai tujuan atau tidak, sangat tergantung pada sebaik apa kinerja yang ditunjukkan oleh para karyawannya. Karyawanlah yang akan menentukan apakah sumber daya orgasisasi yang lain, seperti gedung-gedung, mesin, peralatan kerja, uang, bahan baku, dan lain-lain dapat memberikan kontribusi optimal atau tidak terhadap upaya pencapaian tujuan organisasi. Strategi apapun yang dipilih oleh organisasi dalam menjalankan bisnisnya terutama apabila strategi yang dipilih adalah deferensiasi atau bisnis bidang jasa, maka unsur karyawan memiliki posisi yang sentral, mereka menjadi penentu keberhasilan bisnis yang dijalankan.
Pentingnya peranan kinerja seorang karyawan terhadap tujuan organisasi tersebut, membuat sebuah organisasi perlu untuk menerapkan manajemen beserta penilaian kinerja yang baik, transparan serta obyektif terhadap karyawan atau pegawainya dalam rangka memperoleh potret yang nyata terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk memaparkan hakikat manajemen dan penilaian kinerja yang baik dan efektif untuk diterapkan dalam sebuah organisasi guna mendukung tercapainya tujuan bersama.

B.          Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian manajemen kinerja dan penilaian kinerja?
2.        Bagaimana kriteria  dan standar kinerja?
3.        Apa tujuan, sasaran, dan kegunaan penialian kinerja?
4.        Siapa pelaku penilaian dan apa jenis-jenis penialain kinerja?
5.        Bagaimana pendekatan, metode, dan  proses penilaian kinerja?

C.          Tujuan
1.        Memahami pengertian dari penilaian kinerja
2.        Mengetahui kriteria pekerjaan dan standar kinerja
3.        Mengetahuitujuan, sasaran, kegunaan penialian kinerja
4.        Mengetahui pelaku penilaian dan apa jenis-jenis penialain kinerja
5.        Mengetahui berbagai macam pendekatan, metode dan proses dalam penilaian kinerja







BAB II
PEMBAHASAN
A.       Definisi Manajemen Kinerja dan Penilaian Kinerja
Menurut Dessler,Manajemen Kinerja adalah proses mengonsolidasikan penetapan tujuan, penilaian dan pengembangan kinerja ke dalam satu sistem tunggal bersama, yang bertujuan memastikan kinerja karyawan mendukung tujuan strategis perusahaan. Manajemen kinerja ini merupakan praktik manajer mendefinisikan tujuan dan pekerjaan karyawan, mengembangkan kemampuan karyawan serta mengevaluasi dan memberikan penghargaan pada usaha seseorang yang keseluruhannya ada dalam kerangka bagaimana seharusnya kinerja karyawan berkontribusi untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Jadi singkatnya, menurut Dessler manajemen kinerja (performance management) adalah proses terus-menerus untuk mengidentifikasi, mengukur, mengembangkan kinerja individu dan tim, dan menyelaraskan kinerja mereka dengan sasaran organisasi.[1]
Adapun menurut Suparyadi, Manajemen Kinerja Karyawan pada dasarnya adalah suatu upaya mengelola kompetensi karyawan yang dilakukan oleh organisasi secara sistematik dan terus-menerus agar karyawan tersebut memiliki tingkat kinerja yang diharapkan oleh organisasi yaitu mampu memberikan kontribusi yang optimal, sehingga mampu mencapai tujuan organisasi.[2]
Adapun menurut Sentot Imam W.,Manajemen Kinerja adalah proses yang berkesinambungan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengembangkan kinerja individual dan tim serta menyelaraskan kinerja mereka dengan tujuan organisasi.[3]
Sedangkan menurut Surya Dharma, Manajemen Kinerja adalah suatu proses yang dirancang untuk meningkatkan kinerja organisasi, kelompok dan individu yang digerakkan oleh para manajer. Pada dasarnya manajemen kinerja adalah suatu proses yang dilaksankanan secara sinergi antara manajer, individu dan kelompok terhadap suatu pekerjaan di dalam organisasi.[4]
Lebih lanjut, Surya Dharma berpendapat bahwa manajemen kinerja didasarkan kepada kesepakatan tentang sasaran, persyaratan pengetahuan, keahlian, kompetensi, rencana kerja dan pengembangan. Dengan demikian, manajemen kinerja mencakup pengkajian ulang terhadap kinerja secara berkesinambungan dan dilakukan secara bersama berdasarkan kesepakatan mengenai sasaran, persyaratan pengetahuan, keahlian, kompetensi, rencana kerja dan pengembangan, serta pengimplementasian rencana peningkatan dan pengembangan lebih lanjut.[5]
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk menetapkan apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu baik pendek maupun panjang.
Definisi di atas mengandung unsur-unsur penting sebagai berikut:
1.      Suatu kerangka kerja dari sasaran yang telah direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah disepakati. Manajemen kinerja adalah suatu kesepakatan di antara seorang karyawan dengan manajernya tentang berbagai harapan. Manajemen Kinerja kebanyakan adalah tentang pengelolaan harapan dari seorang pegawai.
2.      Sebuah proses: manajemen kinerja bukan hanya serangkaian tindakan yang diambil untuk mencapai suatu hasil dari hari ke hari dan mengelola peningkatan kinerja diri mereka sendiri maupun orang lain.
3.      Pemahaman bersama : untuk memperbaiki kinerja, para individu perlu memiliki pemahaman bersama tentang bagaimana seharusnya bentuk tingkat kinerja dan kompetensi yang tinggi itu dan apa pula yang hendak dicapai.
4.      Suatu pendekatan dalam mengelola dan mengembangkan Sumber Daya Manusia. Manajemen kinerja berfokus pada tiga hal. Pertama, bagaimana para manajer dan pemimpin kelompok bekerja secara efektif dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka. Kedua, bagaimana para individu bekerja sama dengan para manajer dan kelompok. Ketiga, bagaimana individu dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian dan kepiawaian mereka dan tingkat kompetensi serta kinerja mereka.
5.      Pencapaian. Pada akhirnya, manajemen kinerja adalah pencapaian yang berhubungan dengan pekerjaan individu sehingga mereka dapat memanfaatkan kemampuannya sebaik-baiknya, menyadari potensi mereka sendiri dan memaksimalkan kontribusi mereka terhadap keberhasilan organisasi.[6]

Adapun proses manajemen kinerja dapat digunakan untuk mengkomunikasikan dan memperkuat strategi, nilai dan norma organisasi, dan mengintegrasikan sasaran individu dan organisasi. Manaejmen kinerja memungkinkan individu untuk mengekspresikan pandangan mereka tentang apa yang seharusnya mereka kerjakan, arah yang akan dituju dan bagaimana seharusnya mereka dikelola. Dengan demikian, proses ini memberikan suatu cara bagaimana sasaran kerja dapat dipahami secara bersama oleh para karyawan dan manajer. Para manajer dapat memperjelas harapan yang mereka inginkan dari stafnya dan para karyawan dapat mengomunikasikan harapan mereka dalam pekerjaannya bagaimana bakat pribadi mereka dapat dimanfaatkan oleh organisasi.[7]
Setelah dipaparkan mengenai manajemen kinerja,terlihat bahwa evaluasi kinerja hanyalah salah satu bagian ataupun tahapan dari manajemen kinerja. Manajemen kinerja meliputi perencanaan, evaluasi kinerja, dan pengembangan staf. Tahapan perencanaan kinerja merupakan proses karyawan bersama manajer menetukan apa-apa yang akan dilakukan dalam kurun waktu satu tahun dan bagaimana cara pengukuran kinerja tersebut. Evaluasi kinerja merupakan tahapan penilaian kinerja individu tahunan berdasarkan tolok ukur tertentu yang dinilai, sedangkan pengembangan staf merupakan tahapan dari hasil evaluasi kinerja akan diketahui sejauh mana perbaikan, yang perlu dilakukan kepada karyawan atas target kinerja yang dicapai.[8]
Berikut beberapa definisi atau pengertian penilaian kinerja menurut beberapa ahli sumber daya manusia.
Menurut Keith Davis & William B. Werther yang dikutip oleh Taufiq Rahman, mengatakan bahwa:
Performance appraisal is the process by which organizations evaluate individual job performance. When it is done correctly, employees, their supervisors, the human resources department, an ultimately the organization benefit by ensuring that individual efforts contribute to the strategic focus of the organization... performance appraisal is about employee performance and accountability... (Keith Davis & William B. Werther)[9]

Adapun menurut sudarmanto, Penilaian Kinerja merupakan rangkaian dalam penilaian kinerja individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana kontribusi individu/ SDM terhadap organisasi.[10] Sedangkan menurut Gary Dessler, Penilaian Kinerja adalah mengevaluasi kinerja karyawan saat ini dan/atau di masa lalu relatif terhadap standar kinerjanya.[11] Sedangkan menurut Yaslis yang dikutip oleh Suparno Eko W., Penilaian Kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melaui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja personel dengan membandingkannya dengan standar baku penampilan. Kegiatan penilaian kinerja ini membantu pengambilan keputusan bagian personalia dan memaberikan umpan balik kepada para pesonel tentang pelaksanaan kerja mereka.[12] Adapun menurut Suparno Eko W., Penilaian Kinerja (performance appraisal) adalah evaluasi terhadap tingkat kinerja seseorang dibandingkan dengan stadar kinerja yang telah ditentukan, guna bahan pertimbangan dalam menentukan promosi, kompensasi, perlunya pelatihan atau pengembangan, maupun untuk pemberhentian seseorang.[13]
Jadi berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan bahwa penilaian kinerja karyawan merupakan suatu proses penilaian yang meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif, baik yang menyangkut keunggulan maupun kelemahan dari kinerja karyawan sebagai individu atau kelompok (tim) terhadap pekerjaannya yang relevan dibandingkan dengan standar kinerja yang telah ditetapkan organisasi selama periode waktu tertentu, yang dilakukan secara sistematis dan berkala (periodik) oleh manajer, pusat penilaian, maupun departemen sumber daya manusia.
Dari pemaparan kedua definisi di atas secara singkat dapat diklasifikasi perbedaan antara keduanya bahwa manajemen kinerja ibarat tahun, sedangkan penilaian kinerja ibarat peristiwa (event). Manajemen kinerja berlangsung sepanjang tahun dengan tujuan untuk mencapai peningkatan berkesinambungan (continuous improvement), sedangkan penilaian kinerja adalah peristiwa untuk memotret kinerja karyawan. Tiga hal yang dapat membedakan antara manajemen kinerja dengan penilaian kinerja sebagai berikut.[14]
1.      Manajemen kinerja tidak dimaksudkan sekedar bertemu (meeting)sekali dua kali dengan bawahan untuk melihat kinerjanya, melainkan interaksi yang berkesinambungan, harian, mingguan, sepanjang tahun dan mendapatkan umpan balik untuk menjamin peningkatan berkesinambungan.
2.      Manajemen kinerja selalu memfokuskan pencapaian tujuan (goal directed). Tinjauan kinerja selalu meliputi perbandingan kesesuaian antara pencapaian kinerja individu dan kelompok dengan tujuan organisasi. Kesesuaian strategis adalah inti dari manajemen kinerja. Kinerja indicidu harus selaras dengan tujuan departemen, kinerja kelompok harus sesuai denga tujuan organsiasi.
3.      Manajemen kinerja bermakna penilaian kembali secara berkesinambungan dan memodifikasinya (bila perlu) sehingga karyawan dan tim dapat bekerja dengan baik. Berdasarkan pada hal ini mungkin diperlukan pelatihan khusus, perubahan prosedur kerja, atau bahkan rencana insentif baru.

B.        Kriteria Pekerjaan dan Standar Kinerja
Adapun kriteria-kriteria kinerja karyawan yang dievaluasi oleh suatu organisasi dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.[15]
Kriteria-kriteria kinerja karyawan yang dinilai
Keahlian/Kemampuan/
Kebutuhan/Sifat
Perilaku-perilaku
Hasil Kerja
1.      Pengetahuan terhadap pekerjaan
2.      Kekuatan/keunggulan
3.      Koordinasi
4.      Kewenangan
5.      Pengetahuan bisnis
6.      Keinginan untuk berhasil
7.      Kebutuhan sosial
8.      Ketergantungan
9.      Kesetiaan/loyalitas
10.  Kejujuran
11.  Kreativitas
12.  Kepemimpinan
13.  Sikap kerja
14.  Inisiatif
15.  penampilan
1.      Penyelesaian perkerjaan
2.      Kepatuhan pada instruksi-instruksi/ perintah
3.      Masalah-masalah yang berkaitan dengan laporan
4.      Memelihara peralatan
5.      Mempertahankan catatan kinerja
6.      Mengikuti aturan-aturan
7.      Kehadiran secara rutin
8.      Menerima saran-saran
9.      Penolakan terhadap rokok
10.  Penolakan terhadap obat-obatan
11.  Bekerja sama dalam tim
12.  Berorientasi pada pelayanan konsumen
Kuantitas:
1.      Tingkat penjualan
2.      Tingkat produksi
3.      Tingkat kecelakaan
4.      Tingkat pelanggan yang dilayani
5.      Tingkat perbaikan peralatan
6.      Tingkat pemborosan
Kualitas:
1.      Kualitas produksi
2.      Kualitas produk

Kepuasan pelanggan:
1.      Tingkat kepuasan pelanggan
Bagan 1
Sumber: Taufiq Rachman[16]
Sedangkan standar kinerja menurut Wirawan adalah tolok ukur minimal kinerja yang harus dicapai karyawan secara individual atau kelompok pada semua indicator kinerjanya.[17] Jadi dapat dikatakan bahwa standar kinerja merupakan acuan yang digunakan dalam mengukur kinerja nyata dibandingkan dengan yang diharapkan. Tujuan/ sasaran, aktivitas operasi, kebijakan, prosedur dan anggaran dapat digunakan sebagai standar.Dalam  praktik, standar tersebut dapat digolongkan sebagai berikut.[18]
1.      Standar fisik
Biasanya standar ini dikembangkan untuk pekerjaan operasional yang menghasilkan produk atau juga jasa, menggunakan bahan baku dan tenaga kerja. Standar ini dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif, seperti jam kerja buruh per unit yang dihasilkan, unit produksi per jam mesin. Standar kualitatif, misalnya presisi produk yang dihasilkan. Standar ini merupakan standar fundamental dalam proses pengawasan dan pengendalian.
2.      Standar biaya
Standar ini berkaitan dengna aspek moneter. Standar ini dikaitkan dengan nilai moneter/ biaya terhadap suatu aktivitas operasi perusahaan, misalnya biaya overhead cost unit, biaya mesih per jam dan lain-lain.
3.      Standar modal
Standar ini merupakan variasi dari standar biaya. perbedaannya, standar ini diaplikasikan terhadap investasi modal dan bukan terhadap biaya operasi. Rate Of Investment (ROI) merupakan standar modal yang paling banyak digunakan.
4.      Standar pendapatan
Standar ini merupakan ukuran moneter terhadap tingkat penjualan.
5.      Standar program
Seorang manajer mungkin ditugaskan untuk meningkatkan kualitas bawahannya, atau mengembangkan produk baru dan lain-lain. Unsur subjektif yang terdapat dalam mengukur keberhasilan manajer tersebut dapat diminimasi dengan memberi batas waktu atau faktor lainnya.
6.      Standar tak nyata (intangible)
Standar ini banyak terdapat pada lingkungan operasi, terutama pada manajemen menengah ke atas dan jabatan-jabatan yang menekankan pentingnya hubungan antarmanusia untuk mengukur keberhasilannya.
7.      Standar sasaran
Dengan semakin berkembangnya ilmu manajemen dan semakin baiknya pengelolaan perusahaan, terdapat kecenderungan untuk menyatakan tujuan secara kualitatif dan kuantitatif untuk setiap tingkat manajemen. Sasaran dapat diformulasikan sebagai kinerja dengan memberikan definisi yang terukur, spesifik dan memberi batas waktu. Meski demikian, ukuran kualitatif dapat pula diterima untuk nantinya dihubungkan dengan ukuran kuantitatif.[19]

C.       Tujuan, Sasaran dan Kegunaan Penilaian Kinerja
Sebelum dipaparkan kegunaan dari penilaian kinerja, berikut tujuan dan sasaran dari penilaian kinerja yang perlu diketahui.
1.      Tujuan dari Penilaian kinerja karyawan
a.       Pertimbangan kinerja karyawan  masa lalu
1)      Memberikan suatu dasar dan evaluasi untuk keputusan alokasi komensasi bagi karywan
2)      Memberikan suatu dasar dalam alokasi sumber daya manusia sehubungan dengna promosi pemindahan dan pemberhentian karyawan
3)      Mengidentifikasi karyawan-karyawan yang mempunyai potensi tinggi
4)      Mengevaluasi program pelatihan sebelumnya
5)      Kriteria-kriteria tes validasi dalam mendiagnosis masalah-masalah organisaisonal
6)      Memberikan dan mengembangkan umpan balik pada karyawan
7)      Mengevaluasi sistem seleksi karyawan
b.      Pertimbangan kinerja karyawan masa depan
1)      Membantu dan mengarahkan pada pengembangan dan peningkatan mutu kerja karyawan.
2)       Mengidentifikasi dan mengembankan keesempatan pelatihan dan pengmebangan karyawan
3)      Mengembangkan langkah-langkah untuk emngurangi rintangan-rintangan dan hambatan-hambatan kinerja karyawan
4)      Membangun kesepakatan dalam harapan-harapan yang ingin dicapain antara penlia dengan karyawan.[20]
2.      Sasaran-sasaran yang ingin dicapai dari penilaian kinerja karyawan yang dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut.
a.       Membantu setiap karyawan untuk semakin mengerti, mengenal peran dan fungsinya yang menyangkut kekuatan dan kelemahannya pada saat bekerja dalam organisasi.
b.      Membantu atasan dalam mengenali kebutuhan-kebutuhan akan pengembangan setiap bahwannya sehubungan dengan peran dan fungsinya.
c.       Meningkatkan rasa kebersamaan, menjalin komunikasi yang baik antara atasan dengan bawaahannya serta atasan dapat mengetahui kesulitan apa saja yang dihadapi oleh bawahannya dan demikian pula sebaliknya.
d.      Memberikan peluang bagi karyawan untuk menetapkan sasaran / target pribadi.
e.       Membantu karyawan dalm menyerap perubahan budaya dan peraturan organisasi sehingga karyawan dapat mengevaluasi sejauh mana ia dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut.
f.       Menciptakan iklim positif dalam organisasi yang mendorong karyawan untuk berusaha semaksimal mugkin mencapai jenjang jabatan yang lebih tinggi dengan secara berkesinambungan, mempersiapkan dan memperkuat perkembangan perilaku dan kualitas karyawan yang dibutuhkan untuk mencapai jenjang jabatan yang lebih tinggi tersebut.
g.       Membantu para pengambil keputusan manajemen sumber daya manusia dengan memberikan data yang akurat mengenai kinrerja setiap karyawan secara berkala.[21]
3.      Kegunaan dari penilaian kinerja karyawan
        Adapun kegunaan atau manfaat dari penialian kinerja karyawan menurut Lijan P. Sinambela, yaitu[22]:
a.       Kepuasan pegawai
b.      Penyesuaian kompensasi
c.       Komunikasi dan Kinerja
d.      Pelatihan dan pengembangan pegawai
e.       Membangun motivasi pegawai
        Untuk mempermudah serta memberikan pemahaman komprehensif, berikut dipaparkan kegunaan penilaian kinerja dalam bentuk bagan.[23]
Kegunaan informasi dari penialian kinerja karyawan
APLIKASI UMUM
KEGUNAAN KHUSUS
Kegunaan yang bersifat pengembangan
a.       Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pelatihan individu
b.      Memberikan umpan balik dan peningkatna kinerja karyawan
c.       Menentukan pemindahan dan penugasan kerja karyawan
d.      Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan sebagai individu
e.       Membantu perencanan dan pengembangan karier karyawan[24]
Kegunaan yang bersifat Administrasi
a.       Penyesuainan kompensasi berupa kenaikan gaji/upah, insentif, tunjangan, kesejahteraan
b.      Menetukan penempatan dan promosi karyawan
c.       Penyimpanan atau pengapusan data kinerja karyawan
d.      Penghargaan terhadap kinerja karyawan sebagai individu
e.       Pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan
f.       Mengidentifikasi para karywan yang berkinerja rendah.
Kegunaan yang berhubungan dengan tujuan/ Pemeliharaan organisasi
a.       Perencanaan sumber daya manusia
b.      Menentukan kebutuhan pelatihan organisasi
c.       Mengevaluasi pencapain tujuan organisasi
d.      Memberikan informasi dalam mengidentifikasi tujuan organisasi
e.       Mengevaluasi sistem manajemen suber daya manusia dalma meningkatkan tingkat akurasi informasi manajemen sumber daya manusia
f.       Memberikan penguatan bagi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pengembangan organisasi
g.       Membantu dalam menghadapi tantangan eksternal organisasi
Kegunaan untuk Dokumentasi
a.       Kriteria bagi penelitian validasi
b.      Prinsip keadailan dalam penarikan seleksi dan penempatan karyawan
c.       Dokumentasi keputusan-keputusan kepegawaian
d.      Membantu dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan hukum
Bagan 2
Sumber: Hasil kajian dari beberapa penelitian sebelumnya

D.       Pelaku Penilaian Dan Jenis-jenis Penialain  Kinerja
Menurut Mathis dan Jackson yang dikutip oleh Suparno Eko W.,  menyatakan bahwa penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh siapa saja yang mengerti benar tentang penilaian kinerja pegawai secara individual. [25]  Sedang menurut Lijan P. Sinambela, mengatakan bahwa penilai yang paling tepat adalah atasannya langsung atau dapat juga ditunjuk dari bagian SDM yang memiliki keahlian untuk itu.[26]  Jadi, penilai dapat melakukan penilaian secara individual (single appraisal) atau dengan sejumlah orang yang diberi wewenang untuk melakukan hal itu (multiple appraisal).
Kemudian jenis-jenis penilaian kinerja antara lain adalah, 1) Para atasan yang menilai bawahnannya. 2) Bawahan yang menilai atasannya. 3) Anggota kelompok menilai satu sama lain. 4) penilaian pegawai sendiri. 5) Penilaian dengan multisumber dan 6) Sumber-sumber dari luar.[27] Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dessler yang berpendapat bahwa penilaian kinerja dapat dilakukan oleh penyelia langsung, rekan atau teman kerja, komite peringkat, diri sendiri, penilaian oleh bawahan, serta pelanggan internal maupun eksternal.[28]
Adapun kasus dilapangan tidak jarang ditemui penilai yang masih sering melibatkan emosionalnya dalam menilai prestasi kinerja karyawan. Ini menyebabkan evaluasi menjadi bias atau distorsi pengukuran yang tidak akurat. Masalah kemungkinan bias terutama bila ukuran-ukuran yang digunakan bersifat subyektif. Berbagai bias penialai yang paling umum terjadi menurut T. Hani Handoko adalah[29]:
1.    Hallo Effect
Hal ini terjadi bila pendapat pribadi penilai tentang karyawan mempengaruhi pengukuran prestasi kerja. contohnya, bila seorang atasan senang kepada seorang karyawan, maka pandangan ini bisa mengubah estimasi atasan terhadap prestasi kerja karyawan.
2.    Kesalahan Kecenderungan Terpusat
Banyak penilai yang tidak suka menilai para karyawan sebagai yang efektif atau tidak efektif, dan sangat baik atau sangat jelek, sehingga penilaian prestasi kerja cenderung dibuat rata-rata. Pada formulir penialain, distorsi ini menyebabkan penilai menghindari penilaian ekstrim tersebut dan menempatkan penilaian pada atau dekat dengan nilai-nilai tengah.
3.    Bias terlalu lunak dan terlalu keras
Kesalahan terlalu lunak (leniency bias) disebabkan oleh kecenderungan penilai untuk terlallu mudah memberikan nilai baik dalam evaluasi prestasi kerja karyawan. Kesalahan terlalu keras (strickness bias) adalah sebaliknya, yang terjadi karena penilai cenderung terlalu ketat dalam evaluasi mereka. Kedua kesalah ini pada umumnya terjadi bila standar-standar prestasi tidak jelas.
4.    Prasangka pribadi
Faktor-faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seseorang atau kelompok bisa mengubah penilaian. Sebagai contoh, seorang atasan pria mungkin cenderung memberi penilaian rendah kepada para karyawan wanita karena suatu hal. Sebab-sebab prasangka pribadi lain yang mempengaruhi penilaian mencakup faktor senioritas, kesukuran, agama, kesamaan kelompok dan status sosial.
5.    Pengaruh kesan terakhir
Bila menggunakan ukuran-jkuran prestasi kerja subyektif, penilaian sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan karyawan yang paling akhir (recency effect). Kegiatan-kegiatan terakhir (baik atau buruk) cenderung lebih diingat oleh penilai.[30]

E.        Pendekatan, Metode dan Proses Penilaian kinerja
Menurut Wirawan pendekatan-pendekatan sistem penilaian kinerja karyawan dapat dikelompokan menjadi empat jenis yaitu[31]:
1.      Pendekatan sifat pribadi
Evaluasi kinerja klasik menggunakan pendekatan sifat pribadi atau trait approach. Penilaian murni yang mula-mula dilakukan adalah karakteristik yang melekat pada pribadi karyawan yang tidak ada atau sedikit hubungannya dengan pekerjaan karyawan. Perkembangan prinsip-prinsip manajemen ilmiah mengubah pola pikir pemilik perusahaan dan para manajer. Sifat pribadi yang dinilai hanya sifat pribadi yang ada hubungannya dengan pekerjaan. Keuntungan dari pendekatan penilaian kinerja dengan pendekatan sifat pribadi adalah penyusunannya mudah dan bersifat universal. Penyusunannya hanya menentukan indikator sifat pribadi dan deskripsi level kinerja dalam bentuk sifat dan angka. Sifat pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan yang sangat bermanfaat, terutama bagi perusahaan atau organisasi yang mempunyai bisnis jasa.
2.      Pendekatan Hasil Kerja
Dalam pendekatan ini, setiap karyawan mempunyai tujuan dan objektif yang harus dicapainya. Kinerja karyawan dinilai berdasarkan seberapa besar seorang karyawan dapat mencapai tujuan tersebut. Sistem penilaian kinerja dengan pendekatan hasil kerja, digunakan dalam sistem penilaian kinerja Model MBO (management by objective). Sistem penilaian kinerja model MBO harus memenuhi sejumlah persyaratan sebagai berkut:
a.       Setiap unit kerja mempunyai hierarki tujuan yang disusun berdasarkan tujuan organisasi. Tujuan tersebut dapat dikuantifikasi dalam bentuk angka dan dapat diukur jangka panjang.
b.      Hasil yang diharapkan harus di bawah kontrol karyawan dan tujuan tersebut harus konsisten untuk setiap level organisasi (manajer dan karyawan)
c.       Manajer dan karyawan harus menentukan kapan tujuan jangka pendek (misalnya harian, mingguan, bulanan, atau tiga bulan) dan jangka panjang (misalnya enam bulan atau tahunan) harus dicapai.
d.      Setiap pernyataan tujuan karyawan harus diikuti dengan deskripsi bagaimana tujuan tersebut akan dicapai.
e.       Sistem penilaian kinerja model MBO harus merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan. Manajr harus mau mendelegasikan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuannya untuk bawahannya, sehingga akan terentuk hierarki tujuan. Sistem penilaian kinerja model MBO sederhana dan mudah dilaksanakan. Kelemahan sistem ini adalah memerlukan waktu yang lama dalam pelaksanaannya dan waktu penyusunan hierarki tujuan dari manajer puncak sampai individu karyawan pun lama sehingga akan menyita waktu manajer. Sistem MBO juga memerlukan biaya yang cukup besar dalam pelaksanaannya.
3.      Pendekatan Perilaku Kerja
Dalam pendekatan ini seorang karyawan harus menggunakan perilaku dan prosedur tertentu, dan berpegang teguh pada kode etik profesi yang mengatur perilaku dalam bekerja.
4.      Pendekatan Campuran
Pendekatan sistem penilaian kinerja campuran merupakan pendekatan yang paling banyak dipakai. Pendekatan ini menggabungkan ketiga dimensi kinerja dalam indikator kinerja karyawan. Indikator kinerja yang digunakan adalah campuran ketiga dimensi tersebut dalam bentuk persentase.[32]
Berikut adalah beberapa metode penialain kinerja karyawan yang telah dikelompokkan berdasarkan pendekatan-pendekatan yang biasa digunakan dalam perusahaan/organisasi.
Bagan 3
Sumber: Metode menurut Sentot Imam Wahjono[33]
Adapun proses penilaian kinerja karyawan sekaligus komponen-komponen penyusunnya yaitu :
1.      Standar-standar kinerja karyawan
Butuh standar-standar kinerja yang memberikan suatu perbandingan dengan kinerja karyawan yang dinilai. Supaya efektif, standar tersebut harus berkaitan dengan hasil yang diinginkan dari setiap pekerjaan. Setiap karyawan harus mengetahui secara jelas mengenai catatan standar-standar tersebut.
2.      Memilih metode penilaian kinerja karyawan
Disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan, karyawan, lingkungan.
3.      Ukuran-ukuran penilaian  kinerja karyawan
Ukuran-ukuran penilaian ini dapat berupa objektif dan subjektif.
4.      Melatih para penilai kinerja karyawan
5.      Kinerja sesungguhnya dari karyawan
6.      Penilaian kinerja karyawan
7.      Mendiskusikan hasil penilaian kinerja dengan karyawan yang bersangkutan sebagai umpan balik bagi karyawn tersebut
8.      Catatan-catatan/ arsip karyawan
9.      Keputusan-keputusan manajemen sumber daya manusia dan mengambil tindakan korektif[34]




















BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk menetapkan apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu baik pendek maupun panjang. Sedangkan penilaian kinerja merupakan salah satu bagian dari manajemen kinerja yang bermaksud untuk mengevaluasi kinerja karyawan saat ini dan/atau di masa lalu relatif terhadap standar kinerjanya.
Adapun kriteria-kriteria kinerja karyawan yang dievaluasi oleh suatu organisasi, dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni kriteria berdasarkan Keahlian/Kemampuan/Kebutuhan/Sifat, Perilaku-perilaku, dan Hasil Kerja. Sedangkan standar dalam penilaian kinerja terbagi dalam tujuh bagian, yakni Standar fisik, Standar biaya, Standar modal, Standar pendapatan, Standar program, Standar tak nyata (intangible) , dan Standar sasaran.Kemudian kegunaan penilaian kinerja terdiri dari empat bagian, yakni Kegunaan yang bersifat pengembangan, Kegunaan yang bersifat Administrasi, Kegunaan yang berhubungan dengan tujuan/ Pemeliharaan organisasi, serta Kegunaan untuk Dokumentasi.
Adapun pelaku penilaian dilakukan oleh atasan langsung atau pihak dari SDM yang mampu menilai. Sedangkan jenis-jenis penilaian di antaranya penilaian para atasan yang menilai bawahnannya. 2) Bawahan yang menilai atasannya. 3) Anggota kelompok menilai satu sama lain. 4) penilaian pegawai sendiri. 5) Penilaian dengan multisumber dan 6) Sumber-sumber dari luar. Metode yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja di antaranya, Rating Scale, Checklist, Metode peristiwa kritis, penilaian diri (self Appraisals), Penilaian psikologis (psychological appraisals), Pendekatan management by objectives. Adapun proses penilaian kinerja terdiri dari tiga langkah pokok, yakni menetapkan standar kerja, menilai kinerja aktual karyawan secara relatif terhadap standar (ini biasanya melibatkan beberapa formulir penilaian), memberikan umpan balik kepada karyawan dengan tujuan membantunya untuk menghilangkan defisiensi kinerja atau untuk terus berkinerja di atas standar.
B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis susun, tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini. Penulis juga meminta maaf apabila ada penulisan dan ulasan yang salah atau kurang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.  Amiin.







DAFTAR PUSTAKA

Dessler, Gary, Manajemen Sumber Daya Manusia,  Jilid I, Jakarta: PT Indeks, 2011.
Dessler, Gary, Manajemen Sumber Daya Manusia,  Jilid. I, Jakarta: Salemba Empat, 2017.
Dharma, Surya, Manajemen Kinerja, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Handoko, T. Hani,  Manajemen Personalia & Sumber daya Manusia, Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2014.
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016.
Rachman, Taufiq, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bogor : Ghalia Indonesia, 2016.
Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Suparyadi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset, 2015.
Wahjono, Sentot Imam, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat, 2015.
Widodo, Suparno Eko, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, Jakarta: Salemba Empat, 2009.


                [1] Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia,  Jilid. I, (Jakarta: Salemba Empat, 2017) , hlm. 331
[2] Suparyadi, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Andi Offset, 2015) , hlm. 300
[3]Sentot Imam Wahjono, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Salemba Empat, 2015) , hlm. 94
[4]Surya Dharma, Manajemen Kinerja, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) , hlm. 1
[5] Surya Dharma, Manajemen Kinerja, hlm. 1-2
[6]Surya Dharma, Manajemen Kinerja, hlm. 25-28
[7]Surya Dharma, Manajemen Kinerja, hlm. 28
[8]Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) , hlm. 251
[9]Taufiq Rachman, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2016) , hlm. 13
[10] Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, hlm. 251             
[11]Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia  Jilid. I , hlm. 330
[12] Suparno Eko Widodo, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 136
[13]Suparno Eko Widodo, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, hlm. 130
[14] Sentot Imam Wahjono, Manajemen Sumber Daya Manusia, hlm. 94
[15]Taufiq Rachman, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, hlm. 26
[16]Taufiq Rachman, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, hlm. 26
[17] Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), hlm. 66
[18]Taufiq Rachman, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, hlm. 29-30
[19]Taufiq Rachman, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, hlm. 31
[20]Taufiq Rachman, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, hlm. 15
[21]Taufiq Rachman, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, hlm. 16
[22] Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hlm. 579
[23]Taufiq Rachman, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, hlm. 17
[24]Sentot Imam Wahjono, Manajemen Sumber Daya Manusia, hlm. 96
[25]Suparno Eko Widodo, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, hlm. 135
[26] Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, hlm. 525
[27]Suparno Eko Widodo, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, hlm. 135
[28] Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia,  Jilid I, (Jakarta: PT Indeks, 2011), hlm. 345
[29]T. Hani Handoko, Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia, (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2014) , hlm. 140
[30]T. Hani Handoko, Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia, hlm. 141
[31] Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, hlm. 303
[32] Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, hlm. 303
[33]Sentot Imam Wahjono, Manajemen Sumber Daya Manusia, hlm. 97
[34]Taufiq Rachman, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, hlm. 21

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian,Objek,Ruang lingkup serta Sejarah dan Pertambahan Ulumul Qur'an

PENGERTIAN, OBJEK, RUANG LINGKUP, SERTA SEJARAH DAN PERTAMBAHAN ULUMUL QUR’AN MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ulumul Qur’an Dosen Pengampu: M ufidah , M.Pd.i DI SUSUN OLEH : 1.     MUSTOFA                              ( 133111043 ) 2.     YUSUF   HAMDANI                ( 133111044 ) 3.     SITI CHAIZATUL   M.            ( 133111045 ) 4.     USWATUN   KHASANAH      ( 133111046 ) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN WALISONGO SEMARANG 2013 I.        PENDAHULUAN Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Kitab terakhir ini merupakan sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Quran bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya ( Hablum min Allah wa hablum min an-nas ), serta manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara s

Mengatasi kelemahan tes obyektif dan subyektif

UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGATASI KELEMAHAN-KELEMAHAN TES OBYEKTIF DAN SUBYEKTIF TUGAS Mata kuliah : EVALUASI PEMBELAJARAN Dosen Pengampu : Drs. H. Karnadi M.Pd. DI SUSUN OLEH : Khairul Anam                               (133111038) Siti Chaizatul Munasiroh             ( 133111045) Laila Romdhoningsih                  (133111073) Faizatul Dina                                (133111135) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2015 A.      Kelemahan obyektif 1.       Testee main spekulasi atau menerka-nerka 2.       Menyusunya sukar 3.       Biaya administrasi besar 4.       Kerjasama mengerjakan lebih terbuka B.      Cara menangani kelemahan tes objektif 1.       Kesulitan menyususn tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus-menerus sehingga semakin lama semakin terampil. [1] 2.       Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor dua.