DINASTI ABBASIYAH
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas mata kuliah : Geografi Islam
Dosen Pengampu : Ahmad Muthohar, M. Ag.
Disusun oleh:
Kelompok
3 PAI 4-B
1.
Khoirul Anam (123111106)
2.
Imam Maulana (123111168)
3.
Siti Chaizatul Munasiroh (133111045)
4.
Rizqi Hidayatusshoimah (133111067)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I.
PENDAHULUAN
Sejarah tidak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan
langkah setiap insan di masa mendatang. Islam yang pernah
mencapai kejayaan dalam bidang peradaban, bahkan sebelum bangsa Eropa maju,
peradaban Islam telah mencapai puncak kejayaannya. Dengan demikian, tidak dapat
disangkal bahwa karena peradaban Islam-lah peradaban Eropa menjadi maju, karena
bangsa Eropa telah belajar dari peradaban Islam, khususnya dari peradaban Islam
Spanyol. Oleh karena itu, mempelajari sejarah Islam dan peradabannya adalah
suatu keniscayaan, agar kemajuan peradaban Islam dapat kembali diraih oleh umat
Islam.
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam
mengembangkan peradaban Islam. Pemerintahan dinasti ini sangat peduli dalam
upaya pengembangan ilmu pengetahuan, ini terbukti dengan disiapkannya segala
fasilitas untuk kepentingan tersebut; pembangunan pusat-pusat riset dan
terjemah seperti Baitu Hikmah, majelis munadzarah, dan pusat-pusat studi
lainnya.
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa dimana umat Islam membangun pemerintahan,
yang ilmu adalah sebagai landasan utamanya, sebagai suatu keniscayaan yang
diwujudkan dalam membawa umat ke suatu negeri idaman, suatu kehausan akan ilmu
pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Peta Wilayah Islam pada Masa Abbasiyah?
B. Apa saja
prestasi dan perkembangan yang dicapai pada Masa Dinasti Abbasiyah?
C. Bagaimana Karakteristik
dan Demografi islam
di Wilayah Bani Abbasiyah?
III.
PEMBAHASAN
A. Peta wilayah pada
Masa Dinasti Abbasiyah
Wilayah dinasti Abbasiyah mencakup
irak, iran, mesir, sebagian syam, jazirah arab, dan sebagian asia tengah. Pada
bagian ujung barat terdapat tunisia, bagian ujung timur ada iran, bagian ujung
selatan ada yaman dan ujung bagian utara adalah armenia. Pada masa dinasti
Abbasiyah ini lebih menekankan pada perkembangan intelektual dan peradaban
manusia dibandingkan dengan perluasan wilayah.
B.
Prestasi dan perkembangan yang dicapai
pada Masa Abbasiyah
Perkembangan Ilmu
pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahhan
Dinasti Abbasiyah, kemajuan intelektual pada waktu itu setidaknya dipengaruhi
oleh dua hal yaitu:[1]
Pertama, terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat
itu sangat penting dibidang pemerintahan. Selain itu mereka banyak berjasa
dalamperkembangan ilmu filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk
melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
Kedua, Gerakan Terjemah. Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing
dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran,
filsafat, kimia dan sejarah
Banyak dari hasil peradaban dan kemajuan yang dicapai pada masa dinasti bani
abbasiyah ini berlangsung. Bentuk-bentuk tersebut antara lain[2] :
1.
Bangunan
a.
Baitul
Hikmah yang merupakan perpustakaan yang sekaligus pusat ilmu pengetahuan dan
gerakan penterjemahan.
b.
Kuttab,
yaitu tempat belajar atau sekolah dasar yang biasanya merupakan bagian dari
masjid yang juga difungsikan sebagai sekolah.
c.
Madrasah
nizamiyah (didirikan oleh Nizamul Mulk) yang berfungsi sebagai lembaga
pendidikan teologi (keagamaan).
d.
Khizanat
al-Kutub yaitu perpustakaan (dibangun oleh Syiraz-Buwaihiyah) yang semua
bukunya disusun di atas lemari-lemari, didaftar dalam katalog, dan diatur
dengna baik oleh staf administrasi secara teratur.
e.
Bangunan
fisik lain antara lain : Masjid-masjid, jalan, istana, observatorium, rumah
sakit, mata air Zubaidah dan lain-lain.
2.
Lahirnya
tokoh-tokoh dan Ilmuwan
a.
Kedokteran
: Ali al-Thabari, al-Razi, Ali ibn al-Abbas al-Majusi dan Ibn Sina.
b.
Filsafat:
Al Kindi, al-Farabi, dan Ibn Sina.
c.
Astronomi:
Muhammad ibn Ibrahim ibn al-Fazari, al-Hajjaj, Hunayn ibn Ishaq, al-Asthurlabi,
al-Khawarizmi, al-Faghani, al- Shufi, al-Shaghni, Abu al-Wafa’, al-Khazin,
al-Battani, Jalaluddin Maliksyah, Umar al-Khayyam, al-Thusi, Abu Ma’syar.
d.
Ilmu
pengetahuan alam : al-Biruni, al-Karaji (aritmatika), Muhammad ibn Musa
al-Khawarizmi (matematika), Umar al-Khayyam.
e.
Kimia
: Jabir ibn hayyan, al-Razi, al-Tughra’i, Abu al-Qasim al-‘Iraqi, ‘Utharid ibn
Muhammad al-Hasib, al-Tifasyi.
f.
Zoologi
dan Antropologi : Abu ‘Usman ‘Amr ibn Bahr al-Jahiz, al-Qazwini, al-Damiri.
g.
Geografi
: al-Khawarizmi, al-Mas’udi, ibn Khurdadzbih, al-Ya’qubi, Ibnu rustah, Ibn
al-Faqih al Hamadzani, al-Ishthakhri, Ibn Hawqal, al-Maqdisi, Abu Zayd
al-Balki, al-Hamdani, Yaqut ibn Abdullah al-Hamawi.
h.
Tafsir
: Al-Thabari, ibn ‘Athiyah al-Andalusia, al-Sudai, Abu Muslim Muhammad Ithani,
al-Asadi, Abu Yunus Abd al-salam.
i.
Hadits
: Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Dawud, An-Nasa’i.
j.
Kalam
: Jahm ibn Sofyan (Jabariyah), Ghilan al Dimasyqi (Qodariyah), Wasil ibn Atha’ (Mu’tazilah),
Abu Hasan al-Asy’ari dan al-Ghazali (Ahlu Sunnah wal Jama’ah).
k.
Bahasa
: Sibawih, al-Kisai, Abu Zakaria al-Farra.
3. Kota pusat peradaban
a.
Baghdad
merupakan kota yang paling indah yang pekerjanya mencapai lebih dari 100.000
orang yang dipimpin oleh ibn Arthal. Di Baghdad terdapat istana yang berada di
pusat kota, asrama pengawal, rumah pejabat dan rumah keluarga khalifah.
b.
Samarra,
letaknya di sebelah timur sungai Tigris, 60 Km dari kota Baghdad. Kotanya
indah, nyaman dan teratur.
4.
Sistem
pemerintahan dan kebijaksanaan
Dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah kepala negara adalah khalifah,
yang setidaknya dalam teori memegang semua kekuasaan. Ia dapat melimpahkan
otoritas sipilnya kepada seorang wazir, otoritas pengadilan kepada seorang
hakim (qadhi), dan otoritas militer kepada seorang jenderal (amir),
namun khalifah tetap menjadi pengambil keputusan akhir dalam semua urusan pemerintahan pemerintahan. Dalam melaksanakan
fungsi dan tugas pemerintahannya khalifah Bagdad mengikuti pola administrasi
Persia. Penolakan masyarakat terhadap pemerintahan sekuler Umayyah dimanfaatkan
Abbasiyah dengan menampilkan diri sebagai pemerintahan imamah, yang menekankan
karakteristik dan kewibawaan religius.
a.
Adanya
kantor pengawas, dewan korespoondensi (arsip), dewan penyelidik keluhan,
departemen kepolisian dan pos.
b.
Pembagian
wilayan ke dalam propinsi yang dipimpin seorang gubernur. Propinsi dari masa ke
masa mengalami perubahan seiring perluasan wilayah kekuasaan.
c.
Berbagai
kebijaksanaan, antara lain : khalifah merupakan keturunan Arab sedangkan
jabatan lain diangkat dari bangsa Persia (selanjutnya berganti sesuai dengna
supremasi kekuasaan:, kota Baghdad menjadi pusat kegiatan (Internasional), ilmu
pengetahuan sangat dihargai dan dimuliakan, kebebasan berpikir dan hak asasi di
segala bidang, kebijakan ekonomi yang berimbas pada perbendaharaan yang
melimpah.[3]
Pada masa Dinasti Abbasiyah awal, kaum wanita tidak di nomor duakan, banyak
perempuan yang berhasil mengukir prestasi dan berpengaruh di pemerintahan.[4]
5.
Sistem
Militer
Sistem militer terorganisasi dengan baik, disiplin tinggi, mendapat
pelatihan dan pengajaran secara reguler. Pasukan pengawal khalifah (Hams)
merupakan pasukan tetap. Selain itu juga ada pasukan bayaran dan sukarelwan.
Kekuatan militernya terdiri atas pasukan
infanteri (harbiyah) yang bersenjatakan tombak, pedang dan perisai,
pasukan panah (ramiyah) dan pasukan kavaleri (fursan) yang
mengenakan pelindung kepala dan dada serta bersenjatakan tombak panjang dan
kapak.
6.
Industri
dan Perdagangan
Hubungan perdagangan dijalin antar Arab, Persia, India dan Cina.
Perdagangan di sebelah barat mencapai wilayah Maroko dan Spanyol. Tingkat perdagangan seperti itu dicapai dengan dukungan pengembangan
industri rumah tangga dan pertanian yang maju. Industri kerajinan tangan
menjamur di berbagai pelosok kerajaan, seperti industri karpet, sutera, kapas,
kain wol, satin dan brokat, sofa, serta perlengkapan dapur dan rumah tangga
lainnya. Industri penting yang perlu dicatat adalah pembuatan kertas tulis,
yang diperkenalkan pada pertengahan abad ke-8 dari Cina ke Samarkand. Seni
mengolah perhiasan juga mengalami kejayaannya; mutiara, safir, rubi, emerald,
permata, zamrud, dan onyx (semacam batu akik). Perhiasan itu banyak digunakan
untuk aksesoris penghias kepala, sepatu dan lain-lain.[5]
7.
Pertanian
Daerah tepian sungai yang subur dikenal
dengan Sawad. Pertanian merupakan sumber utama pemasukan negara. Mereka membuka
saluran irigasi dari sungai Eufrat dan Tigris. Mereka juga menggali
kanal-kanal. Selain pertanian atas gandum, kurma, padi juga berbagai sayuran,
buah dan tanaman lain.[6]
8.
Keagamaan
Adanya islamisasi masyarakat oleh khalifah
Abbasiyah. Hal ini berhubungan dengan ekspansi wilayah baru yang dilakukan
khalifah Abbasiyah sehingga kepemimpinan yang islami sangat berpengaruh pada
wilayah-wilayah baru.
Adapun beberapa agama masa dinasti
Abbasiyah di antaranya sebagaian besar Islam, ada juga Yahudi, Kristen, Majusi,
Zoroaster dll.
9.
Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam pertama adalah
Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai biro penerjemahan, pusat kajian ilmu
pengetahuan, perpustakaan dna observatorium. Dibangunnya juga lembaga pendidikan
dan banyaknya toko buku.
C.
Karakteristik
dan Demografi Islam di beberapa wilayah Bani Abbasiyah
Bani
Abbasiyah mewarisi negara yang maha luas dari Bani Umayyah. Ini menunjukkan
bahwa jumlah penduduk pada Masa Dinasti Abbasiyah ini hampir sama dan bahkan
lebih dari pada Masa Dinasti Umayyah yaitu 2/3 penduduk dunia.
Dinasti
Abbasiyah melewati beberapa periode : Masa kejayaan, Masa kekuasaan militer
Turki (Mamluk), Masa kekuasaan Kaum Buwayhiyah, Masa kekuasaan Saljuk,
runtuhnya Baghdad, masuknya Tartar, pindahnya kekhalifahan Abbasiyah ke Mesir.[7]
Ini menunjukkan bahwa komposisi penduduk pada Masa ini setidaknya terdiri atas
Orang Arab dan Non-Arab (Mawali). Orang Arab adalah orang-orang yang asli dari
keturunan Arab, dan menjadi minoritas pada waktu itu. Sedang Orang Mawali ini
seperti orang-orang yang bukan keturunan Arab, melainkan orang-orang dari
beberapa wilayah yang dikuasai Dinasti Abbasiyah. Seperti orang Turki, Persia,
barbar, Kurdi dan lain-lain.
Sistem kesukuan primitif yang menjadi pola organisasi sosial Arab paling
mendasar runtuh pada masa Dinasti Abbasiyah, yang didirikan dari berbagai unsur
asing. Bahkan dalam persoalan memilih istri dan ibu untuk anak-anak mereka,
para khalifah tidak menjadikan darah keturunan Arab sebagai patokan.[8]
Masyarakat kelas atas yang berada dibawah kelas aristokrat terdiri atas
penulis sastra, orang terpelajar, seniman, pengusaha, pengrajin, dan pekerja
profesional. Sementara masyarakat kelas bawah membentuk mayoritas penduduk
negara yang terdiri atas petani, pengembala, dan penduduk sipil yang berstatus
sebagai dzimmi.
Pada masa ini, busana laki-laki memiliki corak yang beragam dengan model
terbatas. Penutup kepala yang biasa dipakai adalah qalansuwah, celana
panjang yang lebar (sarawil) dari Persia, kemeja, rompi dan jaket (qufthan),
dengan jubah luar (‘aba’ atau jubbah), melengkapi lemari pakian
laki-laki.[9]
Sedang seorang istri pada masa ini tugasnya di antaranya adalah melayani
suami, memelihara anak dan mengatur urusan rumah tangga, sementara waktu luang mereka
biasanya digunakan untuk memintal dan menenun. Model rambut perempuan, yang
diperkenalkan oleh ‘Ulayyah, saudar tiri al-Rasyid, adalah rambut berbentuk
kubah, yang pada bagian bawahnya diikat dengan gelungan yang bisa dihiasi
dengan permata. Di antara perhiasan perempuan lainnya adalah gelang kaki
(tunggal, khalkhal) dan gelang tangan (asawir).[10]
Perabotan rumah yang paling umum adalah diwan. Tempat duduk yang
ditinggikan dalam bentuk kursi telah diperkenalkan pada masa sebelumnya namun
bantal yang diletakkan di atas kasur kecil segi empat di lantai untuk menjadi
tempat pembaringan yang nyaman, tetap populer. Karpet buatan tangan dipakai
untuk menutupi lantai. Makanan disajikan pada nampan lebar dari perunggu.
Dirumah-rumah orang berada nampan-nampan itu terbuat dari perak. Nasi mereka
anggap sebagai makan beracun dan menggantinya dengan menu-menu dari negeri
berperadaban tinggi seperti daging rebus beraroma dan manisan. Mereka
menggunakan roti tipis sebagai alat tulis. Ayam peliharaan mereka diberi makan
berupa kenari, kacang almond dan susu. Pada musim panas rumah-rumah mereka
didinginkan dengan es.[11]
Pesta persahabatan yang menyajikan arak dan nyanyian menjadi hal yang lazim
dijumpai. Gambaran tentang sebuah rumah khusus di kufah selama pemerintahan al-Manshur
terdengar mirip dengna sebuah cafe chantant, dengan Sallamah al-Zarqa’ (bermata
biru) sebagai ratunya. Masyarakat kebanyakan mendapatkan minuman anggur
terutama di tempat-tempat ibadah orang kristen, dan kedai khusus yang dikelola
terutama oleh orang yahudi dan kriseten.
Salah satu kebiasaan masyarakat pada periode ini adalah berendam di tempat
pemandian umum. Tempat pemandian umum telah sedemikian populer bukan saja untuk
bersuci dan karena manfaatnya tapi juga sebagai tempat untuk bersenang-senang
dan bagian dari kemewahan.[12]
olahraga di dalam ruangan yang populer pada masa Harun Ar-Rasyid adalah
permainan catur yang menggantikan permainan lempar dadu. Sedang olahraga yang
berada di luar ruangan adalah seperti panahan polo (jukan, dari bahasa
persia chawgan yang berarti tongkat bengkok), sejenis permainan kriket,
lempar lembing, bermain bola, berkuda dan berburu.
IV.
PENUTUP
A. Simpulan
Wilayah
Dinasti Abbasiyah mencakup Irak, Iran, Mesir, Sebagian Syam, Jazirah Arab, dan
sebagian Asia Tengah. Pada bagian ujung barat terdapat Tunisia, bagian ujung
timur ada Iran, bagian ujung selatan ada Yaman dan ujung bagian utara adalah
Armenia. Kejayaan Dinasti Abbasiyah, dipengaruhi oleh dua hal yaitu : asimilasi
antara bangsa dan Gerakan Terjemah.
Bentuk-bentuk
kemajuan tersebut antara lain: bangunan, lahirnya tokoh-tokoh dan ilmuwan, kota
pusat peradaban, sistem pemerintahan dan kebijaksanaan, sistem militer,
industri dan perdagangan, pertanian, keagamaan, pendidikan.
Masyarakat
kelas atas terdiri : penulis sastra, pelajar, seniman, pengusaha, pengrajin,
dan pekerja. Sementara masyarakat kelas bawah
terdiri atas petani, penggembala dan penduduk sipil.
Pada
masa ini, busana laki-laki memiliki corak yang beragam dengan model terbatas.
Sedang seorang istri pada masa ini tugasnya di antaranya adalah melayani suami,
memelihara anak dan mengatur urusan rumah tangga, sementara waktu luang mereka biasanya digunakan untuk memintal dan menenun. Perabotan rumah
yang paling umum adalah diwan. Pesta persahabatan yang menyajikan arak dan
nyanyian menjadi hal yang lazim dijumpai. Salah satu kebiasaan masyarakat pada
periode ini adalah berendam di tempat pemandian umum. Olah raga yang dilakukan
adalah catur, panahan, polo, kriket, lempar lembing, bermain bola, berkuda, dan
berburu.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini disusun,
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun penulis. Kritik dan saran dari
pembaca sangatlah diharapkan. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan maupun dalam teknis dan terima kasih atas perhatiannya.
V.
LAMPIRAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Musa
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ibrahim al-Mubarak
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
al-Qasim
|
|
al-Mu'taman
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
al-Muwaffaq
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
Ishaq
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
Catatan:
A. merupakan tahun kekuasaan
B. Angka, merupakan nomor urut seseorang menjadi khalifah.
DAFTAR PUSTAKA
Hitti, Philip K. 2010. History
of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Khoiriyah. 2012.
Reorientasi Wawasan Sejarah Islam: dari Arab sebelum Islam hingga
Dinasti-dinasti Islam. Yogyakarta: Teras.
Saleh, Qasim
A.Ibrahim dan Muhammad A. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam. Jakarta : Zaman.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
[1]
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.55-56
[2]
Khoiriyah, Reorientasi
Wawasan Sejarah Islam: dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam,
(Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 111-114
[3]
Khoiriyah, Reorientasi
Wawasan Sejarah Islam: dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam,
(Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 111-114
[4]
Philip K.
Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h.
415
[5]
Philip K.
Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h.
428-436
[6]
Philip K.
Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h.
436
[7] Qasim
A.Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam, (Jakarta :
Zaman, 2014), hlm.323
[8]
Philip K.
Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h.
414
[9]
Philip K.
Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h.
416
[10]
Philip K.
Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h.
416
[11]
Philip K.
Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h.
417-418
[12]
Philip K.
Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h.
421
[13]
Qasim A.Ibrahim
dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam, (Jakarta : Zaman,
2014), hlm. 462-464
Komentar