Langsung ke konten utama

Geografi Islam


DINASTI ABBASIYAH

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi
Tugas mata kuliah : Geografi Islam
Dosen Pengampu : Ahmad Muthohar, M. Ag.

  


  


Disusun oleh:
Kelompok 3 PAI 4-B

1.   Khoirul Anam                           (123111106)
2.   Imam Maulana              (123111168)               
3.   Siti Chaizatul Munasiroh            (133111045)
4.   Rizqi Hidayatusshoimah            (133111067)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015


I.                   PENDAHULUAN
Sejarah tidak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di masa mendatang. Islam yang pernah mencapai kejayaan dalam bidang peradaban, bahkan sebelum bangsa Eropa maju, peradaban Islam telah mencapai puncak kejayaannya. Dengan demikian, tidak dapat disangkal bahwa karena peradaban Islam-lah peradaban Eropa menjadi maju, karena bangsa Eropa telah belajar dari peradaban Islam, khususnya dari peradaban Islam Spanyol. Oleh karena itu, mempelajari sejarah Islam dan peradabannya adalah suatu keniscayaan, agar kemajuan peradaban Islam dapat kembali diraih oleh umat Islam.
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Pemerintahan dinasti ini sangat peduli dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan, ini terbukti dengan disiapkannya segala fasilitas untuk kepentingan tersebut; pembangunan pusat-pusat riset dan terjemah seperti Baitu Hikmah, majelis munadzarah, dan pusat-pusat studi lainnya.
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa dimana umat Islam membangun pemerintahan, yang ilmu adalah sebagai landasan utamanya, sebagai suatu keniscayaan yang diwujudkan dalam membawa umat ke suatu negeri idaman, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah.

II.                 RUMUSAN MASALAH
A.     Bagaimana Peta Wilayah Islam pada Masa Abbasiyah?
B.     Apa saja prestasi dan perkembangan yang dicapai pada Masa Dinasti Abbasiyah?
C.     Bagaimana Karakteristik dan Demografi islam di Wilayah Bani Abbasiyah?

III.               PEMBAHASAN
A.     Peta wilayah pada Masa Dinasti Abbasiyah
Wilayah dinasti Abbasiyah mencakup irak, iran, mesir, sebagian syam, jazirah arab, dan sebagian asia tengah. Pada bagian ujung barat terdapat tunisia, bagian ujung timur ada iran, bagian ujung selatan ada yaman dan ujung bagian utara adalah armenia. Pada masa dinasti Abbasiyah ini lebih menekankan pada perkembangan intelektual dan peradaban manusia dibandingkan dengan perluasan wilayah.

B.     Prestasi dan perkembangan yang dicapai pada Masa Abbasiyah
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahhan Dinasti Abbasiyah, kemajuan intelektual pada waktu itu setidaknya dipengaruhi oleh dua hal yaitu:[1]
Pertama, terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting dibidang pemerintahan. Selain itu mereka banyak berjasa dalamperkembangan ilmu filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
Kedua, Gerakan Terjemah. Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah
Banyak dari hasil peradaban dan kemajuan yang dicapai pada masa dinasti bani abbasiyah ini berlangsung. Bentuk-bentuk tersebut antara lain[2] :
1.      Bangunan
a.    Baitul Hikmah yang merupakan perpustakaan yang sekaligus pusat ilmu pengetahuan dan gerakan penterjemahan.
b.    Kuttab, yaitu tempat belajar atau sekolah dasar yang biasanya merupakan bagian dari masjid yang juga difungsikan sebagai sekolah.
c.    Madrasah nizamiyah (didirikan oleh Nizamul Mulk) yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan teologi (keagamaan).
d.    Khizanat al-Kutub yaitu perpustakaan (dibangun oleh Syiraz-Buwaihiyah) yang semua bukunya disusun di atas lemari-lemari, didaftar dalam katalog, dan diatur dengna baik oleh staf administrasi secara teratur.
e.    Bangunan fisik lain antara lain : Masjid-masjid, jalan, istana, observatorium, rumah sakit, mata air Zubaidah dan lain-lain.

2.      Lahirnya tokoh-tokoh dan Ilmuwan
a.    Kedokteran : Ali al-Thabari, al-Razi, Ali ibn al-Abbas al-Majusi dan Ibn Sina.
b.    Filsafat: Al Kindi, al-Farabi, dan Ibn Sina.
c.    Astronomi: Muhammad ibn Ibrahim ibn al-Fazari, al-Hajjaj, Hunayn ibn Ishaq, al-Asthurlabi, al-Khawarizmi, al-Faghani, al- Shufi, al-Shaghni, Abu al-Wafa’, al-Khazin, al-Battani, Jalaluddin Maliksyah, Umar al-Khayyam, al-Thusi, Abu Ma’syar.
d.    Ilmu pengetahuan alam : al-Biruni, al-Karaji (aritmatika), Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi (matematika), Umar al-Khayyam.
e.    Kimia : Jabir ibn hayyan, al-Razi, al-Tughra’i, Abu al-Qasim al-‘Iraqi, ‘Utharid ibn Muhammad al-Hasib, al-Tifasyi.
f.      Zoologi dan Antropologi : Abu ‘Usman ‘Amr ibn Bahr al-Jahiz, al-Qazwini, al-Damiri.
g.    Geografi : al-Khawarizmi, al-Mas’udi, ibn Khurdadzbih, al-Ya’qubi, Ibnu rustah, Ibn al-Faqih al Hamadzani, al-Ishthakhri, Ibn Hawqal, al-Maqdisi, Abu Zayd al-Balki, al-Hamdani, Yaqut ibn Abdullah al-Hamawi.
h.    Tafsir : Al-Thabari, ibn ‘Athiyah al-Andalusia, al-Sudai, Abu Muslim Muhammad Ithani, al-Asadi, Abu Yunus Abd al-salam.
i.      Hadits : Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Dawud, An-Nasa’i.
j.      Kalam : Jahm ibn Sofyan (Jabariyah), Ghilan al Dimasyqi (Qodariyah), Wasil ibn Atha’ (Mu’tazilah), Abu Hasan al-Asy’ari dan al-Ghazali (Ahlu Sunnah wal Jama’ah).
k.    Bahasa : Sibawih, al-Kisai, Abu Zakaria al-Farra.

3.      Kota pusat peradaban
a.    Baghdad merupakan kota yang paling indah yang pekerjanya mencapai lebih dari 100.000 orang yang dipimpin oleh ibn Arthal. Di Baghdad terdapat istana yang berada di pusat kota, asrama pengawal, rumah pejabat dan rumah keluarga khalifah.
b.    Samarra, letaknya di sebelah timur sungai Tigris, 60 Km dari kota Baghdad. Kotanya indah, nyaman dan teratur.

4.      Sistem pemerintahan dan kebijaksanaan
Dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah kepala negara adalah khalifah, yang setidaknya dalam teori memegang semua kekuasaan. Ia dapat melimpahkan otoritas sipilnya kepada seorang wazir, otoritas pengadilan kepada seorang hakim (qadhi), dan otoritas militer kepada seorang jenderal (amir), namun khalifah tetap menjadi pengambil keputusan akhir dalam semua urusan  pemerintahan pemerintahan. Dalam melaksanakan fungsi dan tugas pemerintahannya khalifah Bagdad mengikuti pola administrasi Persia. Penolakan masyarakat terhadap pemerintahan sekuler Umayyah dimanfaatkan Abbasiyah dengan menampilkan diri sebagai pemerintahan imamah, yang menekankan karakteristik dan kewibawaan religius.
a.    Adanya kantor pengawas, dewan korespoondensi (arsip), dewan penyelidik keluhan, departemen kepolisian dan pos.
b.    Pembagian wilayan ke dalam propinsi yang dipimpin seorang gubernur. Propinsi dari masa ke masa mengalami perubahan seiring perluasan wilayah kekuasaan.
c.    Berbagai kebijaksanaan, antara lain : khalifah merupakan keturunan Arab sedangkan jabatan lain diangkat dari bangsa Persia (selanjutnya berganti sesuai dengna supremasi kekuasaan:, kota Baghdad menjadi pusat kegiatan (Internasional), ilmu pengetahuan sangat dihargai dan dimuliakan, kebebasan berpikir dan hak asasi di segala bidang, kebijakan ekonomi yang berimbas pada perbendaharaan yang melimpah.[3]
Pada masa Dinasti Abbasiyah awal, kaum wanita tidak di nomor duakan, banyak perempuan yang berhasil mengukir prestasi dan berpengaruh di pemerintahan.[4]

5.      Sistem Militer
Sistem militer terorganisasi dengan baik, disiplin tinggi, mendapat pelatihan dan pengajaran secara reguler. Pasukan pengawal khalifah (Hams) merupakan pasukan tetap. Selain itu juga ada pasukan bayaran dan sukarelwan. Kekuatan militernya terdiri atas pasukan infanteri (harbiyah) yang bersenjatakan tombak, pedang dan perisai, pasukan panah (ramiyah) dan pasukan kavaleri (fursan) yang mengenakan pelindung kepala dan dada serta bersenjatakan tombak panjang dan kapak.

6.      Industri dan Perdagangan
Hubungan perdagangan dijalin antar Arab, Persia, India dan Cina. Perdagangan di sebelah barat mencapai wilayah Maroko dan Spanyol. Tingkat perdagangan seperti itu dicapai dengan dukungan pengembangan industri rumah tangga dan pertanian yang maju. Industri kerajinan tangan menjamur di berbagai pelosok kerajaan, seperti industri karpet, sutera, kapas, kain wol, satin dan brokat, sofa, serta perlengkapan dapur dan rumah tangga lainnya. Industri penting yang perlu dicatat adalah pembuatan kertas tulis, yang diperkenalkan pada pertengahan abad ke-8 dari Cina ke Samarkand. Seni mengolah perhiasan juga mengalami kejayaannya; mutiara, safir, rubi, emerald, permata, zamrud, dan onyx (semacam batu akik). Perhiasan itu banyak digunakan untuk aksesoris penghias kepala, sepatu dan lain-lain.[5]

7.      Pertanian
Daerah tepian sungai yang subur dikenal dengan Sawad. Pertanian merupakan sumber utama pemasukan negara. Mereka membuka saluran irigasi dari sungai Eufrat dan Tigris. Mereka juga menggali kanal-kanal. Selain pertanian atas gandum, kurma, padi juga berbagai sayuran, buah dan tanaman lain.[6]

8.      Keagamaan
Adanya islamisasi masyarakat oleh khalifah Abbasiyah. Hal ini berhubungan dengan ekspansi wilayah baru yang dilakukan khalifah Abbasiyah sehingga kepemimpinan yang islami sangat berpengaruh pada wilayah-wilayah baru.
Adapun beberapa agama masa dinasti Abbasiyah di antaranya sebagaian besar Islam, ada juga Yahudi, Kristen, Majusi, Zoroaster dll.

9.      Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam pertama adalah Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai biro penerjemahan, pusat kajian ilmu pengetahuan, perpustakaan dna observatorium. Dibangunnya juga lembaga pendidikan dan banyaknya toko buku.


C.     Karakteristik dan Demografi Islam di beberapa wilayah Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah mewarisi negara yang maha luas dari Bani Umayyah. Ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk pada Masa Dinasti Abbasiyah ini hampir sama dan bahkan lebih dari pada Masa Dinasti Umayyah yaitu 2/3 penduduk dunia.
Dinasti Abbasiyah melewati beberapa periode : Masa kejayaan, Masa kekuasaan militer Turki (Mamluk), Masa kekuasaan Kaum Buwayhiyah, Masa kekuasaan Saljuk, runtuhnya Baghdad, masuknya Tartar, pindahnya kekhalifahan Abbasiyah ke Mesir.[7] Ini menunjukkan bahwa komposisi penduduk pada Masa ini setidaknya terdiri atas Orang Arab dan Non-Arab (Mawali). Orang Arab adalah orang-orang yang asli dari keturunan Arab, dan menjadi minoritas pada waktu itu. Sedang Orang Mawali ini seperti orang-orang yang bukan keturunan Arab, melainkan orang-orang dari beberapa wilayah yang dikuasai Dinasti Abbasiyah. Seperti orang Turki, Persia, barbar, Kurdi dan lain-lain.
Sistem kesukuan primitif yang menjadi pola organisasi sosial Arab paling mendasar runtuh pada masa Dinasti Abbasiyah, yang didirikan dari berbagai unsur asing. Bahkan dalam persoalan memilih istri dan ibu untuk anak-anak mereka, para khalifah tidak menjadikan darah keturunan Arab sebagai patokan.[8]
Masyarakat kelas atas yang berada dibawah kelas aristokrat terdiri atas penulis sastra, orang terpelajar, seniman, pengusaha, pengrajin, dan pekerja profesional. Sementara masyarakat kelas bawah membentuk mayoritas penduduk negara yang terdiri atas petani, pengembala, dan penduduk sipil yang berstatus sebagai dzimmi.
Pada masa ini, busana laki-laki memiliki corak yang beragam dengan model terbatas. Penutup kepala yang biasa dipakai adalah qalansuwah, celana panjang yang lebar (sarawil) dari Persia, kemeja, rompi dan jaket (qufthan), dengan jubah luar (‘aba’ atau jubbah), melengkapi lemari pakian laki-laki.[9]
Sedang seorang istri pada masa ini tugasnya di antaranya adalah melayani suami, memelihara anak dan mengatur urusan rumah tangga, sementara waktu luang mereka biasanya digunakan untuk memintal dan menenun. Model rambut perempuan, yang diperkenalkan oleh ‘Ulayyah, saudar tiri al-Rasyid, adalah rambut berbentuk kubah, yang pada bagian bawahnya diikat dengan gelungan yang bisa dihiasi dengan permata. Di antara perhiasan perempuan lainnya adalah gelang kaki (tunggal, khalkhal) dan gelang tangan (asawir).[10]
Perabotan rumah yang paling umum adalah diwan. Tempat duduk yang ditinggikan dalam bentuk kursi telah diperkenalkan pada masa sebelumnya namun bantal yang diletakkan di atas kasur kecil segi empat di lantai untuk menjadi tempat pembaringan yang nyaman, tetap populer. Karpet buatan tangan dipakai untuk menutupi lantai. Makanan disajikan pada nampan lebar dari perunggu. Dirumah-rumah orang berada nampan-nampan itu terbuat dari perak. Nasi mereka anggap sebagai makan beracun dan menggantinya dengan menu-menu dari negeri berperadaban tinggi seperti daging rebus beraroma dan manisan. Mereka menggunakan roti tipis sebagai alat tulis. Ayam peliharaan mereka diberi makan berupa kenari, kacang almond dan susu. Pada musim panas rumah-rumah mereka didinginkan dengan es.[11]
Pesta persahabatan yang menyajikan arak dan nyanyian menjadi hal yang lazim dijumpai. Gambaran tentang sebuah rumah khusus di kufah selama pemerintahan al-Manshur terdengar mirip dengna sebuah cafe chantant, dengan Sallamah al-Zarqa’ (bermata biru) sebagai ratunya. Masyarakat kebanyakan mendapatkan minuman anggur terutama di tempat-tempat ibadah orang kristen, dan kedai khusus yang dikelola terutama oleh orang yahudi dan kriseten.
Salah satu kebiasaan masyarakat pada periode ini adalah berendam di tempat pemandian umum. Tempat pemandian umum telah sedemikian populer bukan saja untuk bersuci dan karena manfaatnya tapi juga sebagai tempat untuk bersenang-senang dan bagian dari kemewahan.[12]
olahraga di dalam ruangan yang populer pada masa Harun Ar-Rasyid adalah permainan catur yang menggantikan permainan lempar dadu. Sedang olahraga yang berada di luar ruangan adalah seperti panahan polo (jukan, dari bahasa persia chawgan yang berarti tongkat bengkok), sejenis permainan kriket, lempar lembing, bermain bola, berkuda dan berburu.

IV.              PENUTUP
A.     Simpulan
Wilayah Dinasti Abbasiyah mencakup Irak, Iran, Mesir, Sebagian Syam, Jazirah Arab, dan sebagian Asia Tengah. Pada bagian ujung barat terdapat Tunisia, bagian ujung timur ada Iran, bagian ujung selatan ada Yaman dan ujung bagian utara adalah Armenia. Kejayaan Dinasti Abbasiyah, dipengaruhi oleh dua hal yaitu : asimilasi antara bangsa dan Gerakan Terjemah.
Bentuk-bentuk kemajuan tersebut antara lain: bangunan, lahirnya tokoh-tokoh dan ilmuwan, kota pusat peradaban, sistem pemerintahan dan kebijaksanaan, sistem militer, industri dan perdagangan, pertanian, keagamaan, pendidikan.
Masyarakat kelas atas terdiri : penulis sastra, pelajar, seniman, pengusaha, pengrajin, dan pekerja. Sementara masyarakat kelas bawah  terdiri atas petani, penggembala dan penduduk sipil.
Pada masa ini, busana laki-laki memiliki corak yang beragam dengan model terbatas. Sedang seorang istri pada masa ini tugasnya di antaranya adalah melayani suami, memelihara anak dan mengatur urusan rumah tangga, sementara waktu luang mereka biasanya digunakan untuk memintal dan menenun. Perabotan rumah yang paling umum adalah diwan. Pesta persahabatan yang menyajikan arak dan nyanyian menjadi hal yang lazim dijumpai. Salah satu kebiasaan masyarakat pada periode ini adalah berendam di tempat pemandian umum. Olah raga yang dilakukan adalah catur, panahan, polo, kriket, lempar lembing, bermain bola, berkuda, dan berburu.
B.     Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangatlah diharapkan. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun dalam teknis dan terima kasih atas perhatiannya.

V.                 LAMPIRAN
Skema khalifah Bani Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad.[13]
































  

































  





































  

































  





































  

































  





































  

































  







































  






































Musa






  





































  

































  







































  
































Ibrahim al-Mubarak






  







































  



































al-Qasim

al-Mu'taman






  







































  














































  








































  






























al-Muwaffaq







  





































  

































  







































  














































  








































  





























Ishaq








  






































  






























  





































  

































  





































  

































  





































  

































  







































  








































  






































  






























  





































  

































  





































  

































  





































  

































  







































  








































  





































  

































  





Catatan:
A.     merupakan tahun kekuasaan
B.     Angka, merupakan nomor urut seseorang menjadi khalifah.
C.     Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.


DAFTAR PUSTAKA

Hitti, Philip K. 2010.  History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam: dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam. Yogyakarta: Teras.
Saleh, Qasim A.Ibrahim dan Muhammad A. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam. Jakarta : Zaman.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.






[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.55-56
[2] Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam: dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 111-114
[3] Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam: dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-dinasti Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 111-114
[4] Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h. 415
[5] Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h. 428-436
[6] Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h. 436
[7] Qasim A.Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam, (Jakarta : Zaman, 2014), hlm.323
[8] Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h. 414
[9] Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h. 416
[10] Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h. 416
[11] Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h. 417-418
[12] Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010) h. 421
[13] Qasim A.Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam, (Jakarta : Zaman, 2014), hlm. 462-464

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian,Objek,Ruang lingkup serta Sejarah dan Pertambahan Ulumul Qur'an

PENGERTIAN, OBJEK, RUANG LINGKUP, SERTA SEJARAH DAN PERTAMBAHAN ULUMUL QUR’AN MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ulumul Qur’an Dosen Pengampu: M ufidah , M.Pd.i DI SUSUN OLEH : 1.     MUSTOFA                              ( 133111043 ) 2.     YUSUF   HAMDANI                ( 133111044 ) 3.     SITI CHAIZATUL   M.            ( 133111045 ) 4.     USWATUN   KHASANAH      ( 133111046 ) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN WALISONGO SEMARANG 2013 I.        PENDAHULUAN Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril. Kita...

Mengatasi kelemahan tes obyektif dan subyektif

UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGATASI KELEMAHAN-KELEMAHAN TES OBYEKTIF DAN SUBYEKTIF TUGAS Mata kuliah : EVALUASI PEMBELAJARAN Dosen Pengampu : Drs. H. Karnadi M.Pd. DI SUSUN OLEH : Khairul Anam                               (133111038) Siti Chaizatul Munasiroh             ( 133111045) Laila Romdhoningsih                  (133111073) Faizatul Dina                                (133111135) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2015 A.      Kelema...

FILSAFAT SUHRAWARDI

PEMIKIRAN FILSAFAT SUHRAWARDI (1153-1191 M) MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Filsafat Islam Dosen Pengampu: Dr. Mahfud Junaedi, M. Ag.   DI SUSUN OLEH : 1.       SITI CHAIZATUL MUNASIROH             ( 133111045) 2.       AGUNG SUPRAYITNO                           (133111051 ) 3.       DEWI HUSNAWATI                                 (133111079 ) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN WALISONGO SEMARANG 2014 I.          PENDAHULUAN Ketika filsafat muncul dalam kehid...