PENGERTIAN
DAN KONSEP KURIKULUM
RESUME
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu:Drs. Achmad Sudja’i, M.Ag.
DI
SUSUN OLEH :
1.
SITI
CHAIZATUL MUNASIROH (
133111045)
2.
NAJIKHA (133111077
)
3.
ROHMAN
TAFUZJ (133111)
4.
MUHAMAD
ELHAN FIKRI (133111 )
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN
WALISONGO SEMARANG
2015
A.
Pengertian Kurikulum
Kurikulum berasal dari kata curere yang berarti “berlari”. Kata
curere erat hubungannya dengan kata curier atau kurir yang berarti penghubung.
Curier bisa juga diartikan seseorang yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada
orang lain. Dimana seorang curier harus menempuh suatu perjalanan untuk
mencapai tujuan. Dari sinilah istilah kurikulum diartikan sebagai “suatu jarak
yang harus ditempuh”.
Kemudian pada tahun 1955 kata kurikulum muncul khusus digunakan
dalam bidang pendidikan yang artinya sejumlah mata pelajaran di sekolah atau
mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
tingkat tertentu atau ijazah.
Carter V. Good dalam Dictionary of Education menyebutkan
bahwa kurikulum adalah sejumlah materi pelajaran yang ditempuh dalam suatu mata
pelajaran atau disiplin ilmu tertentu, seperti kurikulum pendidikan bahasa Arab
dan lain-lain.
Menurut pandangan tradisional, kurikulum merupkan kumpulan mata
pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh anak didik. Menurut
Robert S. Zais kurikulum sama dengan mata pelajaran. Kumpulan mata pelajaran
itulah yang disebut kurikulum.
Kurikulum mengandung dua hal pokok, yakni :
a.
Isi
kurikulum, berupa mata pelajaran yang diberikan guru kepada peserta didik
b.
Tujuan
utama pendidikan atau kurikulum ialah supaya anak didik menguasai mata
pelajaran tertentu.
Dalam pandangan modern kurikulum diberi arti yang luas. Yakni mencangkup
semua kegiatan pembalajaran dan pengalaman belajar peserta didik dibawah
tanggung jawab sekolah. Kurikulum bukanlah buku kurikulum. Sekedar dokumen yang
dicetak. Dengan demikian, semua komponen yang ikut mempengaruhi perkembangan
pribadi peserta didik baik didalam kelas maupun diluar kelas dalam mencapai
tujuan pendidikan juga disebut kurikulum.
Pandangan ini ditegaskan oleh Ronald C.Doll sebagai berikut : “The
commonly accepted definition of the curriculum has changed from content of
course of study and list of subjects and courses to all the ecperiences which
are offered to learnes under the auspices or direction off the school”.
J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam bukunya Secondary School
Improvement (1971), menyebutkan bahwa kurikulum itu termasuk metode
pembelajaran, cara mengevaluasi siswa dan program pembelajaran, perubahan
tenaga pengajar, bimbingan penyuluhan supervise dan administrasi, alokasi
waktu, jumlah ruang dan kemungkinan memilih mata pelajaran. Bahkan Alice Mie
dalam bukunya Changing Curriculum a Social process (1946), menambahkan bahwa
kurikulum itu meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan
pengetahuan dan sikaap semua komponen
sekolah seperti anak didik, kepala sekolah, guru, pegawai administrasi dan masyarakat.
Isi kurikulum lebih luas daripada mata pelajaran, mencakup mata
pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pengalaman anak didik di sekolah,
kegiatan intrakurikuler dan ekstra kurikuler.
Ada dua hal yang tersirat dalam pengertian kurikulum :
1.
Program
atau rencana atau niat/ harapan keinginan, yakni rencana atau program pada
hakikatnya adalah kurikulum potensial. Wujud nyata dari kurikulum potensial
adalah buku kurikulum yang dituangkan dalam garis-garis besar program
pengajaran (GBPP) beserta petunjuk pelaksanaannya.
2.
Pengalaman
belajar atau kegiatan nyata/ praktek nyata yang disebut sebagai kurikulum
aktual. Wujud nyata dari kurikulum aktual adalah kegiatan nyata pada saat
proses belajar mengajar berlangsung atau proses pengajaran.
Akan tetapi rumusan kurikulum yang terlalu luas dari hanya sekadar
mata pelajaran tersebut mendapat kritik dari ahli pendidikan Mauritz Johnson,
Edward A.Krug dan Hilda Taba. Mereka berpendapat bahwa rumusan kurikulum yang
terlalu luas akan membuat kabur, tidak jelas, dan tidak fungsional serta sulit
untuk dioperasionalkan. Menurut Mauritz Johnson, kurikulum hanya berkenaan
dengan hasil yang dicapai dari hasil belajar anak didik. Sedangkan Hilda Taba
berpendapat bahwa kurikulum hanya rencana belajar, dan hendaknya terencana dengan
baik sehingga tujuan-tujuan pendidikan tercapai.
B.
Konsep-konsep Kurikulum
1.
Kurikulum
sebagai pengembangan proses kognitif
Memandang
kurikulum sebagai proses kognitif berarti melihat kurikulum sebagai alat atau
media untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan intelektual anak.
Kurikulum menjadi alat untuk merangsang anak dalam mengembangkan daya kritisnya
atau daya pikirnya terhadap masalah.
Dengan demikian
yang diutamakan dalam prodaknya.
2.
Kurikulum
sebagai teknologi
Konsep
kurikulum sebagai teknologi mengasumsikan bahwa proses belajar mengajar
hendaknya memiliki dasar pijakan yang ilmiah dan empiris. Artinya kurikulum
sebagai teknologi mengidealkan adanya teknik pembelajaran yang sama, yang bisa
dikuasai semua orang, sehingga mampu diterapkan secara universal terlepas dari
faktor kepribadian guru dan murid.
3.
Humanitis
atau aktualisasi anak
Yaitu konsep
kurikulum yang mengutamakan perkembangan anak sebagai individu sebagai aspek
kepribadiannya. Kurikulum ini memandang anak secara menyeluruh sebagai manusia
yang memiliki aspek afektif, aspek kognitif, serta aspek psikomotorik.
4.
Kurikulum
sebagai rekonstruksi sosial
Kurikulum
pendidikan sebagai rekonstruksi sosial mengutamakan kepentingan sosial di atas
kepentingan individu. Tujuannya mengusahakan perubahan sosial dan memiliki
tanggung jawab tentang masa depan masyarakat. Tugas kurikulum adalah menyiapkan
anak untuk mengadakan perubahan kebudayaan dan masa mendatang.
5.
Kurikulum
sebagai rasionalisasi akademik
Kurikulum
sebagai rasionalisasi akademik berpijak pada asumsi bahwa pengetahuan merupakan
inti dari kurikulum di sekolah. Karena itu kurikulum merupakan media untuk
memahami disiplin ilmu pengetahuan. Peran ilmuan dalam pengembangan kurikulum
sangat besar dan dominan. Dimana para ilmuan menentukan tujuan, bahan
pelajaran, proses belajar mengajar dan penilaian. Sehingga peran guru, pendidik
dan administrator dalam menyusun kurikulum menjadi kurang.
C.
Perbedaan kurikulum lama (tradisional) dan kurikulum baru (modern)
1.
Kurikulum
lama berorientasi pada masa lampau, sedang kurikulum baru berorientasi pada
masa sekarang sebagai persiapan untuk masa mendatang.
2.
Kurikulum
lama tidak berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas, sulit dipahami dan tidak
kesatuan pendapat antara kalangan guru tentang filsafat pendidikan yang dianut.
Sedangkan kurikulum baru berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas, yang dapat
diajarkan keserangkaian tindakan nyata.
3.
Kurikulum
lama berdasarkan pada tujuan pendidikan yang lebih mengutamakan perkembangan
pengetahuan akademik dan keterampilan. Sedangkan kurikulum baru bertujuan untuk
mengembangkan keseluruhan pribadi siswa.
4.
Kurikulum
lama berdasarkan mata pelajaran yang diajarkan secara terpisah. Sedangkan
kurikulum baru disusun berdasarkan masalah atau topik tertentu.
5.
Kurikulum
lama hanya didasarkan pada buku pelajaran. Sedangkan kurikulum baru bertitik
tolak dari masyarakat dalam kehidupan keseharian yang disesuaikan dengan
kebutuhan individu.
6.
Kurikulum
lama dikembangkan oleh masing-masing guru secara perorangan. Sedangkan
kurikulum baru dikembangkan oleh sekelompok guru secara bersama-sama.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudja’i, Ahmad.
2013. Pengembangan Kurikulum. Semarang : AKFI media.
Sudjana, Nana. 2013. Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Offset.
Tim pengembang MKDP. 2012. kurikulum
dan pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zaini,
Muhammad.2009.Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta : Teras.
Komentar