“UPDATE PENDIDIKAN ISLAM”
Judul
Buku : Guru Besar Bicara :
Mengembangkan Keilmuan Pendidikan Islam
Penulis :
Prof. Drs. H. Ahmad Ludjito, dkk.
Editor :
Muntholi’ah, Abdul Rohman, M. Rikza Chamami
Penerbit :
RaSAIL Media Group
Tahun
terbit : 2010
Tebal
Buku : xx + 356 halaman, 14 x
20 cm
Resensator :
Siti Chaizatul Munasiroh (133111045) – PAI 1B
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah memberikan pengaruh terhadap
prinsip-prinsip belajar manusia yang harus dilaksanakannya seumur hidup. Karena
bila tidak demikian, manusia akan jauh tertinggal dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin lama semakin pesat lajunya.
Situasi
semacam ini menjadikan umat sering dihadapkan pada ketegangan-ketegangan
dialektis, antara pengaruh-pengaruh budaya materialistis dengan keharusan agama
untuk tetap mempertahankan aspek-aspek transendental. Maka sangatlah perlu
inovasi pengembangan pendidikan islam dilakukan agar pendidikan islam tetap
eksis dan dinamis dalam umat.
Buku
ini tersusun atas 7 karya ilmiah sivitas akademika yang merupakan susunan dan
kajian dari para guru besar di Fakultas Tarbiyah IAIN WALISONGO. Salah satunya
adalah karya Prof.Drs. Ahmad Ludjito yang memaparkan uraian tentang prinsip
pendidikan islam, dimana pendidikan islam merupakan penjabaran dari pendidikan
nasional terutama pada aspek keimanan dan ketaqwaan, khususnya bagi umat islam.
dengan demikian pelaksanaan pendidikan islam haruslah selalu dalam konteks
pendidikan nasional sehingga pendidikan islam merupakan sub sistem pendidikan
nasional. Dengan adanya karya ini diharapkan bisa menghapus opini-opini
masyarakat yang beranggapan bahwa antara pendidikan islam dan pendidikan
Nasional itu terpisah. Karena hakikatnya pendidikan islam itu memang bagian
dari sebuah pendidikan umum.
Prof.H.
Abdurrahman Mas’ud M.A, Ph.D dalam karyanya menyarankan agar tetap mencari ilmu
walaupun di negeri barat, karena itu merupakan jalan untuk membuat perkembangan
pendidikan agama islam. Umat Islam perlu membuka lembaran baru dialog islam dan
barat karena memang pada dasarnya antara ilmu agama dan ilmu umum itu adalah 2
disiplin yang saling melengkapi.
Tentunya
dalam mencari ilmu tersebut tetaplah pada sumber utama, yaitu Al Qur’an dan
Sunnah Rosul. Tidak semua yang dari barat dipelajari bahkan bila ada yang
bertentangan dengan sumber ajaran islam tersebut pastilah harus ditinggalkan.
Prof. Dr. H. Moh. Erfan Soebahar, M.Ag, membahas secara mendalam dalam karyanya
yang berjudul “Respons Muhadditsun Menghadapi Tantangan Kehidupan Umat” menyebutkan
bahwa di kalangan umat islam sendiri tantangannya berwujud dua versi, yaitu
pertama di kalangan umat islam yang setia dan taat serta mamu menyaring secara
jernih cahaya kebenaran, mereka tetap mengikuti dan berpegang teguh kepada
apa-apa yang berasal dari Nabi Saw. Namun yang kedua, di kalangan mereka yang
juga taat beragama berikut sumber ajarannya tetapi kemudian membaca
tulisan-tulisan bermisi menempatkan hadits di posisi yang tidak menguntungkan.
hadits itu sebagai sumber ajaran keagamaan untuk terwujudnya kehidupan umat
yang maslahat sampai hari akhir. Hal ini sejalan dengan tujuan
direalisasikannya ajaran islam dalam kehidupan yaitu untuk mewujudkan
kemaslahatan hidup bagi seegenap makhluk. Beliau juga mengatakan, karena untuk
kehidupan umat maka tidak cukup jika dalam merespons hanya untuk diwacanakan
apalagi dipolemikkan, melainkan harus sampai menyentuh kehidupan nyata
pengamalan ajaran keagamaan. Itulah yang dihadapi Muhadditsun yang dalam
pemecahannya perlu berbekal ilmu hadis yang mendalam, di samping juga
kepedulian untuk tetap mendudukkan hadis pada proporsinya.
Prof.
Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed berpendapat bahwa pencapaian hasil belajar seorang
pelajar tidak hanya dilihat dari ranah kognitif dan psikomotor saja, tetapi
juga harus dilihat dari hasil afektif. Berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa efektivitas pencapaian hasil kognitif terjadi sejalan dengna efektivitas
pencapaian rahah afektif. Pelajar yang memiliki prestasi akademik yang baik
(kognitif) pada umumnya juga memiliki motivasi belajar yang tinggi dan sikap
yang positif terhadap pelajaran (afektif) Begitupun sebaliknya.
Lembaga
pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai keagamaan di kalangan umat, usaha
yang ditempuh di antarannya dengan mendesign kurikulum yang sesuai dengna
tujuan pendidikannya. Namun, Prof.Dr.H. Djamaluddin Darwis, MA mencetuskan
dalam karyanya untuk menggunakan cara Hidden Curriculum dalam mencapai tujuan
lembaga pendidikan islam tersebut. Hidden Curriculum atau Kurikulum yang
tersembunyi dimana kurikulum itu tidak dirumuskan secara struktura baik formal
maupun dalam bentuk ko-kurikuler atau ekstra kurikuler, tetapi lebih bersifat
situasional atau bernuansakan situasional ( memberikan pengalaman penting dan
peluang pengembangan diri si pembelajar).
Buku
ini banyak memberikan wawasan tentang pendidikan agama islam yang begitu luas
dan ini dapat menjadi sebuah refleksi kita semua para pembaca, sebagai cambuk
untuk maju dan sebagai dorongan untuk melaksanakan gagasan-gagasan besar
tersebut.
Komentar