PENDIDIKAN
ISLAM DI MASA PEMBAHARUAN
MAKALAH
Guna
Memenuhi Tugas: Sejarah Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu : Drs. Wahyudi, M.Pd.
Disusun
oleh :
1.
Siti chaizatul Munasiroh (
133111045 )
2.
Uswatun khasanah (
133111046 )
3.
Maulana arif setyawan
( 133111047 )
4.
Syamsul maarif (
133111048 )
5.
Nasikhah chumda
(133111049 )
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN WALISONGO SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Setelah warisan filsafat dan ilmu pengetahuan
islam diterima oleh bangsa eropa dan umat islam sudah tidak memperhatikannya
lagi maka secara berangsur-angsur telah membangkitkan kekuatan di eropa dan
menimbulkan kelemahan di kalangan umat islam. Secara berangsur-angsur tetapi
pasti, kekuasaan umat islam ditundukkan oleh kekuasaan bangsa eropa,dan
terjadilah penjajahan dimana-mana di seluruh wilayah yang pernah dikuasai oleh
kekuasaan islam. Eksploitasi kekayaan ilmu-ilmu islam oleh bangsa-bangsa eropa, semakin
memperlemah kedudukan kaum muslimin dalam segala segi kehidupannya.
Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini kami
akan mencoba memaparkan tentang pembaharuan pendidikan Islam, dimana pada masa
ini umat Islam mulai sadar akan ketertinggalannya dari dunia Barat.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa Pengertian Pembaharuan Pendidikan Islam?
B.
Hal-hal apa yang melatarbelakangi pembaharuan pendidikan
islam?
C.
Bagaimana masa pembaharuan pendidikan Islam?
D.
Bagaimana pola-pola pembaharuan pendidikan Islam?
E.
Siapa tokoh dan Sasaran Pembaharuan Pendidikan
Islam?
III.
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
Dalam bahasa Indonesia telah sering dipakai
kata modern, modernisasi dan modernism, seperti yang terdapat umpamanya dalam
“aliran-aliran modern dalam islam” dan “islam dan modernisasi”. Modernism dalam
masyarakat barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk
mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya,
untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.[1]
Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia islam, terutama sesudah
pembukaan abad ke 19 M, yang dalam sejarah islam dipandang sebagai permulaan
periode modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke
dunia islam seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dan sebagainya.
Semua ini menimbulkan persoalan-persoalan baru, dan pemimpin-pemimpin islam pun
mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan baru itu.
Kaum orientalis, yang sejak lama mengadakan studi
tentang islam dan umat islam, mempelajari perkembangan modern tersebut. Hasil
penyelidikan kaum orientalis barat ini segera melimpah ke dunia islam.
Kaum terpelajar islam mulailah pula
memusatkan perhatian pada perkembangan modern dalam islam dan kata modernism
pun mulai pula deterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang dipakai dalam islam
seperti at-tajdid dalam bahasa arab dan pembahauran dalam bahasa Indonesia.
B.
HAL-HAL YANG MELATAR BELAKANGI
Secara
garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan
pendidikan Islam.
a.
Pertama, faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis
umat Islam yang sangat memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul –
betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia – manusia muslim
yang berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah.
b.
Kedua, faktor eksternal adanya kontak Islam dengan barat
juga merupakan faktor terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling
tidak telah menggugah dan membawa perubahan phragmatik umat islam untuk belajar
secara terus menerus kepada barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini
dirasakan akan bisa terminimalisir.
C.
MASA PEMBAHARUAN
1.
Pembaharuan pendidikan di Turki
Sebenarnya kesadaran akan kelemahan
dan ketertinggalan kaum muslimin dari bangsa-bangsa eropa dalam berbagai bidang
kehidupan ini, telah timbul mulai abad ke 11 H/17 M dengan kekalahan-kekalahan
yang diderita oleh kerajaan Turki Usmani dalam peperangan dengan Negara-negara
eropa. Kekalahan-kekalahan tersebut mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka
kerajaan untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan
lawan. Mereka mulai memperhatikan kemajuan yang dicapai oleh eropa, terutama
perancis yang merupakan pusat kemajuan kebudayaan eropa pada masa itu. Kemudian
dikirim duta-duta untuk mempelajari kemajuan eropa, terutama di bidang militer
dan kemajuan ilmu pengetahuan. Didatangkan pelatih-pelatih militer dari eropa
dan didirikannya sekolah teknik militer pada tahun 1734 M untuk pertama
kalinya.
Selain
di bidang militer, Turki juga membangun di bidang lain seperti ekonomi dan
pemerintahan dan Turki juga mengembangkan kemajuan ilmu pengetahuan yang selama
ini telah dilupakannya. Untuk pertama kalinya di dalam dunia Islam dibukalah
suatu percetakan di Istanbul pada 1727 M guna mencetak berbagai macam buku ilmu
pengetahuan yang diterjemahkan dari buku-buku ilmu pengetahuan Barat.[2]
Selain itu pada 1717 M didirikannya
lembaga terjemah yang bertugas menerjemahkan buku-buku dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Turki.[3]
Hal ini merupakan fenomena baru dan sangat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan
dan intelektual Islam di Turki. Hal-hal tersebut merupakan langkah awal bagi
perubahan sistem pendidikan Islam di Turki.
Upaya pembaharuan pendidikan dimana
Sultan Ahmad III yang baru berjalan dilanjutkan oleh Sultan Mahmud II
(1807-1839 M). Pada zaman tersebut madrasah merupakan satu-satunya lembaga
pendidikan umum yang ada di kerajaan Utsmani. Sultan Mahmud II sadar bahwa
pendidikan di madrasah tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman, dikarenakan di
madrasah hanya mengajarkan peserta didiknya mengetahui pengetahuan agama
sedangkan pengetahuan umum tidak diajarkan.
Beliau juga menyadari bahwa
pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi modern mempunyai peran yang dominan
dalam mencapai kemajuan. Oleh sebab itu beliau berusaha untuk membenahi
kurikulum di madrasah-madrasah dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum.
Pada perkembangan selanjutnya, Sultan
Mahmud II membangun sekolah-sekolah model Barat. Pada tahun 1827 M ia
mendirikan sekolah kedokteran (Tilahane-i Amire) dan sekolah teknik (Muhendisane)
dan pada tahun 1834 M dibuka sekolah Akademi Militer. Pada tahun 1838 M sekolah
kedokteran dan sekolah pembedahan digabungkan menjadi satu dengan nama Dar-al
Ulum Hikemiye ve Mekteb-i Tibbiye-i Sahane.[4]
2.
Pembaharuan pendidikan di Mesir
Gerakan pembaharuan islam yang dilakukan
oleh Muhammad Abduh tidak terlepas dari karakter dan wataknya yang cinta pada
ilmu pengetahuan. Gibb dalam salah satu karya terkenalnya, Modern trends in
Islam, menyebutkan empat agenda pembaharuan Muhammad Abduh. Keempat agenda itu
adalah pemurnian islam dari berbagai pengaruh ajaran dana amalan yang tidak
benar, yaitu[5] :
a.
Purifikasi
Purifikasi atau pemurnian ajaran
islam telah mendapat tekanan serius dari Muhammad Abduh berkaitan dengan
munculnya bid’ah dan khurafah yang masuk dalam kehidupan beragama kaum muslim.
Kaum muslim tak perlu memercayai adanya karamah yang dimiliki para wali atau
kemampan mereka sebagai perantara ( wasilah) kepada Allah. Dalam pandangan
Muhammad Abduh, seorang muslim diwajibkan menghindarkan diri dari perbuatan
syirik ( lihat QS. 6: 79).[6]
b.
Reformasi
Reformasi pendidikan tinggi islam
difokuskan Muhammad Abduh pada universitas alamamaternya, Al-Azhar. Muhammad
Abduh menyatakan bagwakewajiban belajar itu tidak hanya mempelajari buku-buku
klasik berbahasa arab yang berisi dgma ilmu kalam untuk membela islam. Akan
tetapi kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sains-sains modern,
serta sejarah dan agama eropa, agar diketahui sebab-sebab kemajuan yang telah
mereka capai.[7]
Usaha awal reformasi Muhammad Abduh adalah memperjuangkan mata kuliah filsafat
agar diajarkan di Al-Azhar. Dengan belajar filsafat, semangat intelektualisme
islam yang padam diharapkan dapat dihidupkan kembali.[8]
c.
Pembelaan islam
Muhammad Abduh lewat Risalah
Al-Tauhidny tetap mempertahankan potret diri idlam. Hasratnya untuk
menghilangan unsur-unsur asing merupakan bukti bahwa dia tetap yakin dengan
kemandirian islam. Muhammad Abduh terlihat tidak pernah menaruh perhatian
terhadap paham-paham filsafat antiagama yang marak di eropa. Dia lebih tertarik
memerhatikan seranga-serangan terhadap agama islam dari sudut keilmuwan.
Muhammad Abduh berusaha mempertahankan potret islam dengna menegaskan bahwa
jika pikiran dimanfaatkan sebagaiman mestinya, hasil yang dicapainya otomatis
akan selaras dengan kebenaran illahi yang dipelajari melalui agama.
d.
Reformulasi
Agenda reformulasi tersebut
dilaksanakan Muhammad Abduh dengan cara membuka kembali pintu ijtihad. Di latar
belakangi oleh Umat islam di mesir yang pada waktu itu mengalami krisis dalam
bidang akidah, syariah, akhalak serta moral. Pembaruan yang tidak seimbang
hanya menekankan perkembangan aspek intlek mewariskan dua tipe pendidikan pada
abad ke-20 saat itu. Tipe pertama adalah sekolah-sekolah agama dengan al-Azhar
sebagaii lembaga pendidikan yang tinggi. Sedangkan tipe kedua adalah
sekolah-sekolah modern, baik yang dibangun oleh pemerintah mesir maupun yang
didirikan oleh bangsa asing. Kedua tipe tersebut tidak punya hubungan antara
satu dengan yang lainnya, masing-masing berdiri sendiri dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan pendidikannya. sekolah-sekolah agama berjalan di atas garis tradisional baik
dalam kurikulum maupun metode pengajaran yang diterapkan. Ilmu-ilmu barat tidak
diberikan di sekolah-sekolah agama, dengan demikian pendidikan agama kala itu
tidak mementingkan perkembangan intelektual, padahal islam mengajarkan untuk
mengembangakan aspek jiwa tersebut sejajar dengan perkembangan aspek jiwa yang
lain.
Sistem
pendidikan yang terjadi pada sekolah-sekolah pemerintah di pihak lain tampil
dengan kurikulum yang memberikan ilmu pengetahuan barat sepenuhnya, tanpa
memasukkan ilmu pengetahuan agama ke dalam kurikulum tersebut. selain
terjadinya kasusu-kasus yang demikian tetapi juga melahirkan dua kelas social
denga spirit yang berbeda. Tipe sekolah yang pertama memproduksi para ulama
serta tokoh masyarakat yang enggan menerima perubahan dan cenderung untuk
mempertahankan tradisi tipe sekolah yang kedua melahirkan kelas elite generasi
muda, hasil pendidikan yang dimulai pda abad ke-19 . dengan ilmu-ilmu barat
yang merekaq peroleh dapat menerima ide-ide yang datang dari barat. Muhammad
Abduh melihat segi-segi negative dari kedua bentuk pemikiran terssebut. Ia
memandang bahwa pemikiran yang pertama tidak dapat dipertahankan juga akan menyebabkan umat islam tertinggal
jauh, terdesak oleh arus kehidupan dan pemikiran modern. Sedangkan pemikiran
kedua justru adanya bahaya yang mengancam sendi-sendi agama dan moral yang
tergoyahkan oleh pemikiran modern yang mereka serap. Dari situlah Muhammad Abduh
melihat pentingnya mengadakan perbaikan di dua instansi terrsebut, sehingga
jurang yang lebar bisa di persempit.
Pembaharuan
pendidikan Islam di Mesir yang terpengaruh setelah adanya kontak dengan
peradaban modern Barat dan Invasi Napoleon yang membawa kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan Barat telah membuka mata rakyat Mesir bahwa umat Islam telah
tertinggal oleh kemajuan Barat. Yang menjadi perhatian penting dari kedatangan
Napoleon dan lahirnya gerakan kesadaran umat Islam dari keterbelakangan mereka
selama ini adalah untuk melihat pengaruh dari kedatangan tentara Napoleon dan
berbagai rangsangan yang ditimbulkannya sebagai akibat dari berbagai kegiatan
yang dilakukan Napoleon dan rombongannya di Mesir.[9]
Di
antara pengaruh ekspedisi Napolen yang berkaitan erat dengan misi keilmuan dan
kebudayaan yang dijalankan Napolen beserta rombongannya di Mesir adalah:
1. Timbulnya benih-benih rasa
kebangsaan dari orang Mesir.
2. Napolen berusaha menggeser sistem
pemerintahan yang dipraktekkan di Mesir yang sebelumnya
berpola feodal menjadi lebih demokratis.
3. Sebagai hasil dari pendekatan
Napoleon yang berpijak pada semangat revolusi Perancis maka muncullah pemikiran
dari orang-orang Mesir yang mengusulkan agar bentuk pemerintahan yang diktator
diubah menjadi pemerintahan demokratis, karena hal inilah yang membawa Perancis
kepada suasana kehidupan kenegaraan yang baru.
4. Mulai terbukanya cakrawala berfikir
dikalangan umat Islam sebagai akibat dari persentuhan dengan pemikiran para
ilmuwan yang ikut dalam rombongan Napoleon.[10]
Selain
itu juga yang mendorong umat Islam untuk mengadakan modernisasi yang dipelopori
oleh Muhammad Ali.[11]
Muhammad Ali adalah seorang yang berasal dari luar Mesir, karena kecakapannya
dalam bidang militer ia berhasil menjadi kepala pemerintahan di Mesir. Pada
awalnya ia hanyalah seorang prajurit tentara biasa di Turki Utsmani.[12]
Setelah
Muhammad Ali naik tahta menjadi penguasa Mesir, ia memberikan perhatian yang
lebih pada bidang militer dan ekonomi. Menurutnya militer akan memberikan
dukungan untuk mempertahankan dalam memperbesar kekuasaannya. Sedangkan ekonomi
sangat diperlukan untuk membiayai militer. Untuk memajukan keduanya dibutuhkan
ilmu-ilmu modern. Dengan demikian Muhammad Ali mencurahkan perhatiannya bagi
pendidikan. Pada tahun 1815 M ia mendirikan sekolah militer, sekolah kedokteran
pada tahun 1827 M, seolah Apoteker pada tahun 1829 M, sekolah pertambangan pada
tahun 1839 M, sekolah pertanian pada tahun 1836 dan sekolah penerjemah pada
tahun 1836 M.
Tidak
hanya corak dan model pendidikan Barat yang diterapkan oleh Muhammad Ali di
Mesir, ia juga mempercayakan pengawasan sekolah kepada orang Barat, bahkan
guru-gurunya juga didatangkan dari Barat (Eropa). Selain mendatangkan tenaga
ahli dari Eropa, Muhammad Ali juga mengirim siswa untuk belajar ke Italia,
Perancis, Inggris dan Austria.
Upaya
pemahaman dan modernisasi yang dipelopori Muhammad Ali di Mesir ini, besar
sekali kontribusinya bagi Mesir menjadi negara modern. Gerakan pembaharuannya
telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat kepada umat Islam
hingga lahirlah intelegensia Muslim yang berpengetahuan agama yang luas,
berwibawa modern dan tidak berpandangan sempit. Mereka itu seperti Rifa’ah
Badawi Rafi’ al-Tahtawi, Rasyid Ridho, dan Hasan al-Banna.[13]
3.
Pembaharuan
pendidikan islam di india
Berbeda
dengan Turki, pendidikan yang dikembangkan oleh pemuka gerakan Mujahidin adalah
untuk pemurnian Tauhid yang dianut umat Islam India dari paham-paham salah yang
dibawa tarikat dan keyakinan animisme lama. Untuk itu Maulana Muhammad Qasim
Nanau Tawi mendirikan sebuah madrasah di Deoband pada tahun 1867 yang
selanjutnya ditingkatkan menjadi perguruan tinggi agama Islam Darul Ulum
Deoband.[14]
Kurikulum
madrasah Deoband merupakan gabungan studi ilmu-ilmu Islam dengan sejumlah
pelajaran rasional seperti logika, filsafat dan sains. Deoband mencerminkan
keseimbangan antara program inovatif dan responsif terhadap perkembangan zaman
baru dan kesetiaan terhadap gagasan-gagasan muslim tradisional. Beberapa ciri
sekolah Deoband sebagai sebuah institusi fisik dengan sebuah bangunan yang khas
dan perpustakaan pusat, staf dan pegawai profesional yang tetap, kurikulum
pelajaran yang berjenjang, sistem ujian dan penghargaan masyarakat umum.[15]
Selanjutnya
Sir Sayyid Ahmad Khan memberikan perhatian terhadap pendidikan ala barat. Pada
tahun 1878, ia mendirikan sekolah Muhammadean Anglo Oriental College
(MAOC) di Aligarrh. Perguruan ini berusaha memadukan studi keislaman dan bahasa
Inggris, maka bahasa yang dipakainya bahasa Inggris, begitupun guru dan
staffnya banyak dari kalangan Inggris. Dan sistem MAOC ini terus dikembangkan
oleh generasi setelah Sir Sayyid Ahmad Khan, yakni Nawab Muhsin al-Mulk
meskipun pada masa Vigar al-Mulk terjadi pertentangan dengan pihak Inggris,
namun pola pendidikan MAOC masih tetap terus berlanjut.
4. Pembaharuan pendidikan islalm di
pakistan
Pakistan
adalah Republik Islam, yang lahir sebagai dominon yang berpemerintahan terpisah
dari india. Ideologi nasionalnya adalah nasionalisme muslim bukan sekuler.[16]Untuk
itu negara berupaya keras untuk mengimplementasikan ajaran-ajaran yang
bersumberkan pada al-Qur`an dan as-Sunnah dalam kehidupan modern dalam berbagai
aspeknya.
Dalam
soal pendidikan, ditekankan bahwa pendidikan di Pakistan harus berdasarkan dan
bertujuan untuk merealisasikan cita-cita pendidika republik Pakistan. Untuk
itu, sistem pendidikan yang dikembangkan harus dijiwai oleh semangat Islam yang
menekankan pada ukhuwah Islamiyah, keadilan sosial dan toleransi. Atas dasar
itu, maka kebijaksanaan pendidikan di Pakistan menetapkan bahwa pendidikan
agama diwajibkan untuk semua pelajar muslim di semua tingkat sistem pendidikan,
menciptakan sistem pendidikan nasional yang terpadu yang menjembatani dua
sistem/aliran yang telah lama berjalan, yaitu aliran tradisional/keagamaan dan
aliran modern/ilmiah, dan juga diadakannya pemisahan pendidikan untuk putra dan
putri.[17]
D.
POLA-POLA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
Dengan
memperhatikan berbagi macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam
sebagaimana nampak pada masa sebelumnya dan dengan memperhatikan sebab-sebab
kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa Eropa, maka ada tiga pemikiran
pembaharuan Islam diantaranya:
1.
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada
pola pendidikan modern di Eropa.
Pola
pendidikan modern di Barat pada dasarnya berpandangan bahwa sumber kekuatan dan
kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai hasil dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dimana semua itu merupakan
pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang di dunia Islam.
Atas dasar demikian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam,
sumber kekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai kembali.
Dan
penguasaan ini harus dicapai melalui proses pendidikan yang meniru pola
pendidikan yang dikembangkan oleh dunia Barat, sebagaimana dulu dunia Barat
pernah meniru dan mengembangkan sistem pendidikan dunia Islam. Dalam hal ini,
usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah
dengan sekolah Barat baik sistem maupun isi pendidikannya.[18]
Pembaharuan
pendidikan dengan pola Barat ini, mulanya timbul di Turki Utsmani pada akhir
abad ke-11 H/ 17 setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa
timur, yang merupakan benih bagi timbulnya usaha sekularisasi Turki dan
membentuk Turki modern. Tokoh pelopor pembaharuan pendidikan di Turki ini
adalah Sultan Mahmud II (yang memerintah di Turki Utsmani 1807-1809 M). Pola
pembaharuan pendidikan yang berorientasi ke Barat ini, juga nampak dalam usaha
Muhammad Ali Pasha di Mesir yang berkuasa tahun 1805-1848 M.
2.
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada
sumber ajaran Islam yang murni.
Pola
ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan
dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Dimana Islam sendiri
sudah penuh dengan ajaran-ajaran yang pada hakikatnya mengandung potensi untuk
membawa kemajuan dan kesejahteraan serta kekuatan umat Islam.
Menurut
pola ini, diantara sebab-sebab kelemahan umat Islam adalah karena mereka tidak
lagi melaksanakan ajaran Islam secara semestinya. Ajaran-ajaran Islam yang
menjadi sumber kemajuan dan kekuatan ditinggalkan dan menerima ajaran-ajaran
Islam yang tidak murni lagi. Pola pembaharuan ini dirintis oleh Muhammad bin
Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin al-Afghani dan
Muhammad Abduh (akhir abad 19 M). [19]
3.
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada nasionalisme.
Rasa
nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern dan
mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan rasa nasionalisme yang
kemudian keadaan tersebut mendorong pada umumnya bangsa-bangsa Timur untuk
mengembangkan nasionalisme masing-masing.
Umat
Islam mendapati kenyataan bahwa mereka terdiri dari berbagi bangsa yang berbeda
latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaannya. Mereka pun hidup bersama
dengan orang-orang yang beragama lain tapi sebangsa. Inilah yang mendorong
perkembangan rasa nasionalisme di dunia Islam.
Ide
pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme ini bersesuaian dengan ajaran
Islam karena adanya keyakinan dikalangan pemikir-pemikir pembaharuan dikalangan
umat Islam, bahwa pada hakikatnya ajaran Islam bisa diterapkan dan disesuaikan
dengan segala zaman.
Golongan
nasionalis ini berusaha untuk memperbaiki kehidupan umat Islam dengan
memperhatikan situasi dan kondisi obyektif umat Islam yang bersangkutan. Dan
ide nasionalisme inilah yang pada perkembangan berikutnya mendorong timbulnya
usaha-usaha untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri
dikalangan bangsa-bangsa umat Islam. [20]
E.
TOKOH DAN SASARAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM
Tokoh
pembaharuan pendidikan Islam bercorak modernis. Sejalan dengan pembahruan
pendidikan Islam penuh dilakukan pada 3 wilayah kerajaan besar yaitu kerajaan
Usmani, Mesir, India.
1.
Wilayah Turki
Pembaharuan
pendidikan didunia Islam dimulai dikerajaan Turki Usmani. Faktor yang melatar
belakangi gerakan pembaharuan bermula dari kekalahan-kekalahan kerajaan Usmani
dalam peperangan dengan Eropa. Adapun tokoh yang mencoba melakukan upaya
tersebut ialah :
·
Sultan Ahmad III. Adanya kekalahan yang dialami kerajaan
Turki Usmani menyebabkan Sultan Ahmad III prihatin dan melakukan intropeksi,
dengan melakukan pengiriman duta ke Eropa untuk mengamati perkembangan barat.
Dengan mendirikan sekolah teknik militer, mendirikan percetakan untuk
mempermudah Access buku pengetahuan. Upaya ini dilakukan sampai beliau wafat
dan kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud II.
·
Sultan Mahmud II. Sultan Mahmud II merupakan kelanjutan dari
Sultan Ahmad III. Pembaharuan yang dilakukan dengan memperbaiki system
pendidikan madrasah dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum. Kemudian
mendirikan model disekolah barat.
2. Wilayah Mesir
Tokoh yang
melakukan upaya pembaharuan khususnya pendidikan adalah Muhammad Ali Pasya dan
Muhammad Abduh
·
M. Ali Pasya. Ia mendirikan kementrian pendidikan dan
lembaga pendidikan, membuka sekolah teknik , kedokteran, pertambangan, mengirin
siswa untuk belajar kenegri barat. Gerakan pembaharuan memperkenalkan ilmu
pengetahuan dan teknologi barat kepada umat Islam.
·
M. Abduh. Melakukan pembaharuan pendidikan di Al-Azhar
dengan memasukkan ilmu modern. Mendirikan komite perbaikan administrasi
Al-Azhar tahun 1895, melaksanakan pembaharuan administratif yang bermanfaat.
3. Wilayah India.
Pembaharuan
pendidikan Islam di India bertujuan menghilangkan diskriminasi pendidikan Islam
tradisionalis dengan pendidikan sekuler. Adapun yang menjadi tokoh pembaharuan
di India.
Sayyid
Akhmad Khan (1817 – 1898 M). Ia berpendapat bahwa peninggkatan kedudukan umat
Islam di India dapat diwujudkan dengan bekerjasama dengan Inggris. Kemudian
mendirikan lembaga pendidikan, sekolah Inggris mudarabbah 1864. kemudian
mendirkan pula Scientific Society, mendirikan lembaga pendidikan yang
didalamnya ilmu pengetahuan umum. Itulah beberapa orang tokoh pembaharuan yang
banyak mengadopsi tata cara dan pengetahuan yang datang dari barat.[21]
IV. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat di tarik
kesimpulan bahwa pembaharuan pendidikan Islam akan memberi pengertian bagi
kita, sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan kurikulum, cara,
metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah
yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat itu.
Secara
garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan
pendidikan Islam.yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pembaharuan pendidikan Islam di mulai
pada kerajaan Turki Utsmani. Dimana pembaharuan pendidikan Islam ini terjadi
bermula dari kekalahan-kekalahan Utsmani dalam peperangannya dengan Eropa.
Adapun pola yang digunakan adalah Pola
pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pendidikan modern di
Eropa,Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber ajaran
Islam yang murni dan Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada
nasionalisme.
Tokoh dan sasaran pembaharuan
pendidikan islam di lakukan pada tiga wilayah kerajaan besar yaitu wilayah
turki dengan tokoh sultan Ahmad II dan sultan Mahmud II, kemudian wilayah mesir
tokohnya M ali pahsa dan Muhammad abduh yang terakhir wilayah india dengan
tokoh sayid akhmad khan.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah semata-mata karena
kekurangan kami karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.
Untuk itu kami meminta kritik dan saran agar makalah kami kedepannya menjadi lebih
baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang mebacanya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh,
Muhammad. Risalat al-Tauhid. mesir: Muhammad Alih shubaih. 1965.
Ali,
A. Mukti. Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah.Jakarta: Djambatan. 1995.
Asrohah, Harun. Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. 1999.
Lapidus ,Ira M. Sejarah
Sosial Umat Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.1999.
Esposito
, Jhon L. dan Jhon O Vall. Demokrasi di Negara-negara Muslim. Bandung:
Mizan. 1999.
Lubis, Ridhwan. Perspektif Pembaharuan Pemikiran Islam. Medan:
Pustaka Widyasarana. 1994.
Madjid,
Nurchalish. Islam Kemodernan dan keindonesiaan.(t.p)
Nasution, Harun. Pembaharuan
dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1982.
Nizar,
Syamsul. Sejarah Pendidikan Islam.
Jakarta:kencana. 2011.
Syalabi, Ahmad. MausuahAl-Tarikh Al-IslamiwaAl-HadaratAl-Islamiyah.
Juz Individu. Kairo: Maktabah Al-Nahdat.
Tadjab,
Perbandingan Pendidikan. Surabaya: Karya Abadi utama. 1999.
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan
Islam.Jakarta: Bumi Aksara. 1995.
[1] Harun
Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm.
3
[5]
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:kencana,2011), hlm.246-247
[6]
Muhammad Abduh, Risalat al-Tauhid ( mesir: Muhammad Alih shubaih, 1965), hlm.45
[7] A.
Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah,(Jakarta:
Djambatan, 1995), hlm.365
[8] Nurchalish
Madjid, Islam Kemodernan dan keindonesiaan, hlm. 311
[9] Ahmad Syalabi, Mausuah Al-Tarikh Al-Islami wa
Al-Hadarat Al-Islamiyah, Juz V, (Kairo: Maktabah Al-Nahdat), hlm. 281
[10] Ridhwan Lubis, Perspektif Pembaharuan
Pemikiran Islam, (Medan: Pustaka Widyasarana, 1994), hlm. 32
[12] Ridhwan Lubis, Perspektif Pembaharuan
Pemikiran Islam, (Medan: Pustaka Widyasarana, 1994), hlm. 32
[13] Harun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 134
[15] Ira M.
Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999, hal.
273 – 274.
[16] Jhon L.
esposito dan Jhon O Vall, Demokrasi di Negara-negara Muslim, Bandung:
Mizan, 1999, hal. 162.
[17] Tadjab,
Perbandingan Pendidikan, Surabaya: Karya Abadi utama, 1999, hal. 131.
[18] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1982), hlm. 37-38
[19] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1982), hlm. 64
[20] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1995), hlm. 123
[21] Asrohah Hanun, Sejarah Pendidikan Islam,( Jakarta:
logos 1999 ),cet. 1
Komentar